Saturday, October 19, 2013

Pemantik Pelangi

Goblin <http://www.entertainmentearth.com>

Badan kurus, kulit coklat, mata hijau pucat, berambut ikal panjang terikat. Larinya cepat, secepat kancil yang nyaris tertangkap Pak Tani dalam dongeng Si Kancil.
Seperti juga Si Kancil, Dru memang berlari, tapi bukan karena mencuri. Ia justru berlari menghindari kejaran para para pemburu berbadan kekar. Pemburu yang ingin merebut pemantik dari tangan Dru. Iya, pemantik akan menemukan pemilik baru hanya dengan dua cara, direbut paksa atau diambil tanpa sepengetahuan pemilik sebelumnya. Pemantik ini memang bukan pemantik biasa. Pemantik ini dapat meminjam dan memedarkan tujuh warna, warna pelangi 
Saat ini, Dru tepat berada di ujung lorong berpenerang deretan neon. Badan dan tangan kanannya nyaris condong ke sisi luar. Sementara kakinya ada di dua sisi, kaki kanan sudah berada di luar, sementara satunya lagi masih tertinggal di sisi dalam lorong. Hanya beberapa sentimeter saja, kaki kirinya nyaris berhasil digapai tangan pemburu yang jatuh tengkurap akibat kehabisan nafas.
Untung saja, dengan sigap, Dru menjentikan pemantik untuk menghisap semua warna yang ada dalam lorong, begitu kaki kirinya nyaris tersentuh bonggol jari Mahisa.   
Dru akhirnya lolos dari sergapan para pemburu, walaupun mungkin hanya sementara. Lorong yang mendadak gelap setidaknya sedikit membantu. Badan kekar kelelahan Mahisa terbukti menjadi batu sandungan.  Beberapa pemburu lain yang serempak mengekor beberapa langkah di belakang Mahisa terjungkal oleh badan Mahisa yang besar. Umpatan para pemburu memberi sedikit tambahan waktu lagi bagi Dru untuk bernafas.

Fiuhhh, nyaris aja, coba terlambat beberapa langkah, bisa ditangkep rame-rame aku sama mereka
...
Dru dapat menarik nafas lega. Keputusannya memasuki lorong, tepat seperti yang ia rencanakan. Sayang Dru lupa memikirkan rencana setelah ia berhasil keluar dari lorong panjang. Kalau Dru menyalakan pemantiknya lagi, itu sama saja mengundang para pemburu itu untuk kembali menangkapnya. Kalau tak ia nyalakan, Dru sama sekali tidak bisa melihat sisi luar lorong yang kini sama gelapnya dengan sisi dalam.  

“Kayaknya lebih aman deh klo aku ngerangkak ke samping. Biasanya klo di luar lorong begini, samping kiri atau kanannya itu kan tanah miring, paling nggak bisa untuk gulingan ke bawah. Yah seenggaknya dicoba dulu deh” batin Dru.

Sisi kiri luar lorong memang landai seperti yang Dru pikirkan. Tapi ia tidak menduga kalau permukaan landai tersebut ternyata dilapisi kerikil. Ukurannya yang kecil dan ngga beraturan justru bikin sekujur badan Dru lecet saat harus berguling turun.
Eh ad…
Hampir saja keberadaan Dru diketahui pemburu, kalau saja ia nggak refleks menutup mulutnya sesaat sebelum kata uh keluar
.
Bener-bener kayak baca novel petualangan fantasi, ngebacanya sih seru, tapi ngalamin sendiri makasih deh.
Sesampainya dibawah, Dru memutuskan untuk berjalan sebentar, dipandu cahaya kuning bohlam yang terpasang diatas tiang-tiang besi. Nggak cukup terang sih emang, tapi cukuplah  untuk memandu Dru berjalan beberapa blok. Setelah dirasa cukup jauh, Dru mulai merasa cukup berani untuk menyalakan pemantik.

Kayaknya warna violet cukup ngebantu deh malem-malem begini. Cuma aku harus ati-ati nih, kalau lebih dari 2 menit bisa-bisa mereka nemuin aku lagi. 

Saat menjentikan pemantiknya enam kali, Dru mengingat-ingat lagi waktu dua menit yang mengubah hidupnya itu. 
Yups dua menit. Hanya dua menit kehidupan Dru berubah seketika. Dru tadinya adalah anak berusia 11 tahun biasa. Suka maen komputer sama maen-maen bareng temen-temen sekampungnya. Seneng-seneng kata Dru dan temen-temen seumurnya. Tapi jahil kata orang-orang yang lebih dewasa. Nyolong mangga, nyambitin ikan di empang, sampe ngagetin orang lewat pake petasan. Terserah sih mau milih istilah yang mana, maen-maen boleh jail juga boleh. Yang jelas petualangan Dru bermula dari niat yang sama, jail alias  maen-maen.
Awalnya Dru, Bathara, dan Sora cuma bosan dengan permainan yang itu-itu aja. Mereka pengen permainan baru yang seru. Tiba-tiba Dru teringat pemantik pamannya. Dru kemudian bercerita klo pamannya punya pemantik ajaib. Pemantik yang bisa menghasilkan tujuh warna pelangi. Jangankan anak-anak, orang dewasa sih juga takjub ngeliat yang beginian.
Tapi cerita tinggal cerita, siapa juga temen yang bakal percaya klo ngga ada buktinya. Niat Dru sih cuma mau minjem sebentar. Dru Cuma pengen ngebuktiin klo omongannya itu bener. Tapi dia tahu pamannya ngga bakal ngasih izin klo niatnya buat pamer begitu.  Dru pun minjem geretan sewaktu pamannya tertidur kecapekan sehabis dari luar kota. Walaupun niatnya cuma minjem sebentar, Dru udah melanggar aturan pertama, ngambil pemantik tanpa izin pemilik sebelumnya. Mau nggak mau Dru jadi pemilik pemantik berikutnya.
Bukan cuma itu, Dru juga melanggar peraturan kedua. Bersama temen-temennya, Dru udah menyalakan pemantik ini selama dua menit lebih sedikit dalam satu waktu. Awalnya Dru nggak percaya cerita pamannya itu. Masak sih cuma gara-gara pemantik gitu doang, pemilik pemantik dikejar-kejar sama penjahat buangan negeri pelangi. Yups pemilik dan bukan temen-teman si pemilik. Awalnya Dru sih percaya aja cerita pengantar tidur ini. Maklum pamannya biasa nyeritain cerita ini klo si kecil Dru belom bisa tidur 5-6 tahun lalu. Tapi sekarang Dru sudah cukup dewasa. Logikanya udah mulai ngerti mana khayalan dan mana kenyataan. Dan Dru memutuskan untuk percaya pilihan nomor dua.  Ceritanya nggak masuk akal. Eh klo emang nggak masuk akal, kenapa Dru harus percaya pemantik pelangi ya? Logikanya kan ngga ada pemantik yang bisa ngeluarin cahaya tujuh warna begitu? Jawabannya gampang, Dru pernah liat pemantik itu mengeluarkan tujuh warna, bukan cuma dia sendiri, tapi bareng pamannya, titik.
Dru inget banget kejadian dua menit itu. Dru, Bathara, dan Sora awalnya cuma ingin bermain sesuai rencana semula, ngeliat pemantik berganti cahaya sesuai urutan warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tapi rencana mereka berubah saat mereka tahu fungsi lain pemantik. Cahaya-cahaya itu bukan cuma bisa dilihat rupanya, bahkan dipegang dan diletakan ditelapak tangan. Mereka bertiga pun asyik bermain bermain tebak warna. Kira-kira apa warna cahaya yang ada di kepalan Sora misalnya, jika tebakan betul, maka penebak ganti memberi tebakan dan kalau jawaban salah, pemberi tebakan bisa memberi tebakan lebih lama. Ibarat menemukan mainan baru, mereka bertiga sampai lupa waktu.
Dru sedang memberi tebakan, saat semacam lubang ungu terbuka di udara. Ada semacam tarikan kuat dari dalam lubang yang menjambak kucir Dru dan membawanya masuk ke dalam.
Dru berusaha melawan tarikan, Namun semakin dilawan, tarikan justru makin kuat. Bathara dan Sora juga ikut membantu. Mereka berdua berusaha menarik kaki dan tangan Dru
Eh ayo tarik, jangan sampe lepas Sora
Ini juga udah ditarik Tara! Dru kamu juga jangan diem aja, ikut dorong badan kamu sendiri keluar apa gimana gitu kek
Ini juga udah begitu, klo aku uda bisa keluar aku ngga perlu minta tolong
“Eh aduh duh tuh kaki jangan ditarik-tarik gitu, sakit tau!” protes Dru pada Sora
Klo ngga ditarik gimana bisa kel…
Dari pandang mata Dru, leher Sora tampak tercekat. Kata uar seperti tertinggal di ujung leher atau setidaknya di ujung lidah. Tapi apa yang dilihat Dru ngga sepenuhnya benar. Dru bukannya melihat leher Sora tercekat, tapi dirinya sudah buru-buru terhisap, terhisap ruang hampa. Dru hanya bisa melayang, dan pingsan
Saat Sadar, Dru sudah berada di dalam dimensi antara. Ruang penghubung antara Bumi dan Negeri pelangi. Sebuah dimensi yang terlupakan. Dimensi tempat para pengacau negeri pelangi dicampakkan.
Dimensi gelap dengan banyak gua dan lorong, dengan penerang seadanya. Suasana yang membuat para pengacau makin merasa terkucilkan. Mereka akan tetap berada disana kecuali pemantik dijentikan diatas waktu yang ditentukan, Mereka berharap dapat mengambil pemantik pelangi agar bisa kembali ke negeri Peri Iris itu, berharap agar mereka dapat membalas perlakuan peri iris pada mereka.
...
Kisah Dru dalam lorong panjang sepertinya tak perlu diceritakan ulang ... 

Sunday, October 13, 2013

Beauty or the Beast: Rating, Media, dan Cerita Suka


Cinta rasanya jadi topik yang tidak pernah basi untuk dibahas. Cinta pada pencipta, pada sesama, bahkan mungkin pada diri sendiri ala koruptor misalnya. Dalam ranah fiksi, tema yang dianggap cukup populer memang cinta antara sepasang kekasih. Romansanya diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan bermacam cita rasa: asam, manis, pedas, dan kadang pahit. Untuk saat ini, trend romansa sendiri cenderung seragam. Cinta yang terhalang tembok dan batu karang atau entah apa namanya.
Cara penyajiannya juga nyaris seragam. Awal suka, tengah terbentur cerita, akhir juga cuma dua, Tapi penggemar cerita ini biasanya menunggu akhir yang manis, indah pada waktunya.
Mendengar banyaknya cerita seperti ini, saya justru teringat   serial Beauty or Beast atau Bijo ka Yajuu atau Kiss or Fight (2003). Serial yang cukup usang memang, tapi ceritanya justru memberi penyegaran ditengah drama yang itu-itu saja
Serial ini bercerita soal seorang produser Takamiya Makoto yang diminta menaikkan kembali pamor divisi berita malam yang runtuh akibat prestasi televisi tetangga sebelah. Sebuah pekerjaan yang cukup menantang, mengingat etos para awak berita berada di titik paling rendah. Untuk meningkatkan kinerja divisi ini, dewan direksi tidak hanya mendatangkan produser baru, tapi juga karyawan baru, pindahan dari divisi hiburan Nagase Hiromi. Ceritanya menjadi menarik karena belasan tahun lalu keduanya ternyata pernah berpacaran dan sekarang dituntut untuk menjadi sosok-sosok profesional, Takamiya sebagai atasan dan Nagase sebagai kru. Profesionalisme keduanya setidaknya tercermin lewat sapaan masing-masing, Takamiya-san dan Nagase-san. Nama keluarga diikuti honorifik yang menunjukan rasa hormat terhadap satu sama lain.  Ide ini saja sudah menjanjikan konsep cinta yang cukup kuat lantaran romansanya justru tidak dipaparkan sedari awal. Lewat cerita ini, penonton mungkin berharap menyaksikan proses CLBK. Kepingan-kepingan masa lalu diharapkan bakal tersusun kian jelas di akhir cerita. Begitukah?
Saran saya justru jangan berharap terlalu banyak. Dalam serial ini kita justru diajak menikmati interaksi antar para kru divisi berita malam, walaupun tetap saja Nagase yang lebih sering menjadi jembatan yang menghubungkan pandangan para kru terhadap keinginan kuat Takamiya. Terdengar ribet, tapi justru disinilah kekuatan karakter serial ini. Takamiya merupakan sosok formal, profesional, perfeksionis, dan keras kepala, namun tetap fair dan peduli  terhadap sesama awak berita. Sedangkan Nagase lebih cenderung santai, luwes, spontan, dan mengutamakan sikap kekeluargaan. Dua karakter yang bisa saling mengisi pada akhirnya.
Karakter perfeksionis, keras kepala, dan berorientasi pada rating Takamiya membuahkan hasil. Kru menjadi lebih ngotot mengejar berita dan kadang mendewakan ekslusivitas. Bahkan demi kebenaran berita dan profesionalisme, Takamiya rela menginstrusikan kru untuk berbenturan dengan direksi  serta orang-orang di lingkungan awak berita sendiri, termasuk guru dan orang tua Takamiya. Tidak jarang, Takamiya bersedia turun langsung meliput jika diperlukan
Salah satu bentuk profesionalisme Takamiya adalah kesediaan dirinya melakukan APAPUN demi mendapatkan informasi langsung dari seorang menteri korup. Hal yang sebenarnya bisa saja ia delegasikan kepada para kru, jika memang mereka bisa memperoleh berita yang PENONTON inginkan.
Disinilah konflik muncul. Dalam episode ini, sosok antagonis bukan cuma karakter menteri korup, tetapi juga tentangan Nagase. Nagase berusaha menghindarkan Takamiya dari nafsu bejat menteri. Nagase yang biasanya menjadi pencair kekakuan Takamiya, kali ini berubah garang. Garang karena Takamiya tetap memegang teguh prinsip profesionalisme dan orientasi ratingnya, walaupun Takamiya terang-terang nyaris jadi korban kebejatan menteri korup. Konflik mereka ini berlangsung hingga sore hari, tepat beberapa menit sebelum berita menteri korup tersebut ditayangkan.  Kekakuan mencair setelah Takamiya mengucapkan terima kasih kepada Nagase-san. Disini, Nagase tetap dipanggil Nagase-SAN dan bukan Nagase-kun atau bahkan Hiromi saja yang menunjukan keakraban informal.

Sebuah ending episode yang bisa dibilang manis. Terserah jika anda melihatnya ini sebagai tanda-tanda CLBK, toh saya tidak bisa melarang pandangan penonton. Agak berbeda dengan sebagian penonton mungkin, lewat serial ini, saya justru baru paham bahwa ending fiksi ternyata bukan sekedar  hitam atau merah jambu. melainkan bisa juga sebuah pemahaman. Pemahaman akan sebentuk cinta sederhana bernama ucapan maaf dan terima kasih. 

Friday, October 11, 2013

Review Prematur The Heirs: Komen Bejibunnya Bikin Ngakak


Heran Park Shin Hye kagak cakep yak disini 


Ternyata gue ngakak sendiri baca komen para pecinta Drakor. Kemaren ngakak soal penonton yang bakal ngebully abis penulis skenario Good Doctor klo ending drakor paporitnya sampe ngga sweet. Sekarang? Sayah ngakak lagi liat orang pada komen soal the Heirs.  
Sebelom cerita kenapa saya ngakak, izinin saya cerita sedikit aja soal bocoran drama yang judulnya para pewaris inih #halah. Dikisahken seorang cewe sederhanah bernama Cha Eun Sang pengen pergi ke Amrik untuk nengokin mpoknya yang katanya sekolah disono sekaligus buat cari penghidupan yang lebih baek buat dia ma nyokapnya. Maklum si Eun Sang ini part timers sejati, pelayan resto, tukang anter makanan, sampe tukang cuci piring doi jabanin deh pokoknya. Dan nyokapnya yang bisu kerja jadi pelayan setia di rumah gedong. Sampe sinih rada males nontonnya, soalnya bakal Cinderella berat ceritanya,  Rich Prince vs. Poor Girl, ya tapi bolehlah diintip, orang baru nonton sebagian udah protes aja guenya. 
Singkatnyah nyampe di Amrik si Eun Sang kaget. Mpok-nya ternyatah belom sekeren yang diceritan.  Doi ternyatah bukan mahasiswi, tapi pelayan restoran gitu. Parahnya, cowo doi  ternyata kasar ma doyan mabok pula. Apes Eun Sang ga bisa langsung ngedumel karena mpoknya lagi di resto sekarang. 
Tau begono, adeknya nyusul ke tempat kerja mpoknya dan langsung ngelabrak sambil mewek.  Kebeneran pas marah ada Kim Tan nonton dari balik kaca restoran. Kim Tan klo ngga salah adalah tuan muda tempat nyokap si Eun Sang kerja. Karakternya sih katanya bad boy di kampus pa sekolahnya gitu, beda banget ma abang tirinya yang jadi penerus usaha keluarga di kampung Kroya sana. Herannya katanya bad boy ma uda lama tinggal di amrik, pembawaanya lembut bener yak. Inggrisnya juga gimanah gitu (emang gue inggrisnya kagak sama parahnya sama si Min Ho yak). 
Balik lagi ke ceritah. Singkatnya karena kasian liat Eun Sang mara-mara, si Kim Tan nawarin si Eun Sang nginep di rumahnya  Apalagi si Eung San keliatan susah, udah mpok-nya  tiba-tiba ngilang aja ma pacarnya abis ketemu Eun Sang, paspor Eun Sang ditahan pula ma polisi gara-gara ngga sengaja bikin kumat alergi temennya si Kim Tan abis insiden mara-mara tadi.
Jadilah   Shin Hye nginep di rumah Min Ho. Rumahnya beauh, kaca semua. Ngadep pante ma ada kolamnya pulak. Pokoknya no comment deh. Intinyah, karena kagak enak gara-gara numpang gratis, Eun Sang ngebayar semua fasilitas di rumah Kim Tan yang dia pake, kayak isi kulkas ma telepon. Tapi Kim Tan bilang kagak usah. Itung-itung ini ucapan makasih karena mpoknya Eun Sang udah baek ma Kim Tan tiap kali Kim Tan mampir makan. Solidaritas sesama orang Kroya gitu. 
Selain numpang nginep, Eun Sang juga sempet jalan-jalan ke kampus Kim Tan dan bahkan sampe ikut dikejar-kejar ma orang yang kagak suka ma Kim Tan, maklum bad boy. Nah pas dikejar ini, mereka berdua ngumpet di bioskop dan si Kim Tan nembak aja gitu si Eun Sang. Diterima? Kagak tau juga kan jawabannya baru minggu depanyah,
Tapi dipikir-pikir, Kim Tan berani juga nembak Eun Sang. Ketemu aja baru dua hari, udah nembak aja. Parahnya lagi, si Kim Tan-nyah juga udah punya tunangan.  Bahkan doi Kim Tan pernah ketemu Eun Sang. Dan kesan pertamanya ngga gitu menggoda lagi. Logis sih siapa juga yang nggak kaget begitu dateng dari Kroya, bukannya disambut eh malah liat ada cewe nginep di rumah tunangannya. Akibatnyah diusirlah Eun Sang dari rumah Kim Tan. Udah gitu Kim Tan malah bela Eun Sang sampe akhirnya lari-larian masuk bioskop itu tadi (ini cerita kebeneran banget yak pas Kim Tan ngejar Eun Sang yang diusir eh ada orang amrik ngejar Kim Tan).
Nah dari sinilah sumber ngakak saya. Jamaah komeniahnya lucu-lucu. Ada yang bilang kok cepet amat nembaknya, ada yang bilang Shin Hye kok kurang cakep yah di sini (Gue maksutnya). Sampe ada yang gontok-gontokan gara-gara ada yang ga terima the Heirs dibandingin sama Master’s Sun (gue sendiri ngga tau master’s sun itu sejenis bubur apaan).  Komen gue cuma satu, serius amat nih penontonnya sampe ada hatternya ma lovernya segala padahal baru dua episode. Abis komen, gue akhirnya jadi ngetawain diri sendiri, Lah udah tau cuma fiksi, mau-maunya ngomenin orang komen, cuek aja napah, kurang kerjaan banget (iya sih emang wkwkwkw).
Lah gue kan komentarin komentar orang, trus komentar gue sama serial ini gimanah? Yah untuk serial yang ada label komedinya, Lucunya blom kerasa, yang ada juga liat Shin Hye mewek ma Min Ho merengut. Gue sendiri salut ma mpok Shin Hye (tuwaan gue padahal), Disini aktingnya bagus karena doi total akting jelek, lusuh dan nggak kyut. Ya bolehlah. Min Ho? ekspresi merengutnya anak selir konglomerat yang hobi bikin bonyoknya ketar-ketir di kampung boleh lah dapet. Bad Boy? Makasih dan no comment (gapapa deh dijitakin jamaah pecinta Min Ho). Gue kumat lagi hari ini nulis panjang wkwkwkwkw. by the way selamat menyaksikan klip ini ajah, klo memang kagak   selera coretan inih, klo masih ga selera juga sama lagunya, ga usah dibaca juga gapapa.

Lah ini malah pake Theme Song-nya Good Doctor, lengkaplah sudah, saya bakal disambit calon penonton Good Doctor gara-gara bikin makiiiiiiiiiiiiin pengen nonton. Maklumin aja, sebenernya ngga maksut gitu, OST nih drama ada yang enak juga kok, cumanyah ya itu, belom kluar di peredaran. 

Monday, October 7, 2013

Sabtu Seru




Setiap Sabtu, ayah, bunda, kak Padma, dan aku libur. Liburan begini, ayah bunda biasanya mengajak aku dan kakak jalan-jalan. Bisa ke mall, tempat wisata, toko buku, atau cuma makan.  Bunda bilang hari sabtu itu hari keluarga. Nggak ada ceritanya deh liburan begini kita main gamedari gadget.
Kayak sabtu-sabtu sebelumnya, sabtu ini aku dan kakak nunggu liburan seru dari ayah bunda seperti biasanya.
“Yah emangnya hari ini kita mau kemana sih? Biasanya kan seminggu sebelumnya kita udah dikasih tau klo mau jalan-jalan.” tanya kak Padma.
“mmm … kemana ya?”
“mau tau aja apa mau tau banget.” ledek ayah
“Ih ayah becanda muluuuu, orang kakak nanya juga” protesku
“Nanti kalian berdua juga tahu. Yang penting kalian berdua sekarang siap-siap aja dulu. Nggak usah rapi-rapi banget, pake baju rumahan juga boleh kok ” sela bunda.
Sambil bertanya-tanya, aku dan kak Padma masuk kamar.
Kak, kira-kira kita mau kemana ya? Biasanya kan kalau mau jalan-jalan, kita disuruh nyiapin sepeda atau apa gitu
Iya juga ya, kalau pun nggak nyiapin sepeda, ayah atau bunda udah manasin kendaraan, kira-kira kita mau diajak kemana ya Dru?
Ayo anak-anak, udah siap belom, kita bisa telat loh
“Udaaaaaaaaaah” jawabku dan kak Padma kompak.
“Sekarang, pake sandal kalian, hari ini kita mau jalan-jalan pagi sebentar” kata bunda antusias
Aku dan kakak sama-sama bingung hari ini. Maklum ini pertama kalinya aku dan kakak liburan jalan kaki.
Nah sekarang kita udah sampai anak-anak.
Sampai yah?
“Loh ini kan rumah Wak Hasan. Emangnya kita mau ngapain kemari yah?” tanyaku bingung, Maklum rumah Wak Hasan nggak jauh dari rumah kami, cuma RT sebelah. Jaraknya juga cukup dekat, jalan kaki 20 menit udah sampai
Hari ini, kita mau bikin seru-seruan di rumah, nah berhubung kita nggak punya bahannya, kita dateng ke tempat Wak Hasan untuk minta beberapa potong daun ma bunga sepatu.
Bunga sepatu? Emang buat apa yah?
Udah nanti juga tahu, sekarang kalian berdua minta izin buat metik bunga sama wak Hasan dulu sana. Bilang sama Wak Hasan kalau kita mau bikin acara seru-seruan di rumah, Wak Hasan pasti paham kok. Sekarang bunda mau ke warung sebelah sebentar, Kalian tunggu kami aja ya di rumah.
Walaupun bingung, aku dan kakak tetap menuruti kata ayah bunda untuk minta izin kepada Wak Hasan.
Dan benar aja kata bunda, mendengar penjelasan kami, Wak Hasan bukannya marah, tapi justru senang. Kata Wak Hasan, udah lama ngga ada yang bikin acara seru-seruan pake daun sepatu miliknya. Nggak tanggung-tanggung, kami disuruh metik sendiri lima bunga dan sepuluh lembar daun bunga sepatu dengan cuma-cuma.
Setelah pamitan sama Wak Hasan, aku dan kakak langsung pulang ke rumah. Ternyata ayah bunda sudah menunggu kami di teras depan.
Dapet bunga ma daunnya anak-anak? tanya Bunda.
“Dapet Bun, emang daun sebanyak ini buat apaan sih bun?” tanya kakak
Udah, bawa aja daun ma bunganya ke tempat ayah sana
Sekarang siapa, yang mau bantu Ayah, ngalusin daun sepatu?
Aku aja sini yah? jawab kakak
Eh aku juga mau dong
Aku dan kakak akhirnya ngalusin daun dan bunga sepatu bareng-bareng
Oh ya, kalau dah selesai, daunnya dimasukin ke air sabun ya, ayah mau ambil kamera dulu didalem. Jarang-jarang nih liat dua anak ayah kompak, biasanya berantem mulu.
Ternyata ayah bukan cuma bawa kamera dari dalem rumah, tapi juga beberapa potong kawat yang ujungnya udah dibentuk bulat untuk main busa sabun.
Aku tahu sekarang, kita mau main busa sabun kan yah? Dan kenapa harus dicampur ulekan daun bunga sepatu segala sih yah” Kata kak Padma.
Yup kita maen busa sabun hari ini, kenapa harus dicampur getah daun ma bunga sepatu? Ya karena getah daun bikin gelembung jadi nggak gampang pecah
Yaaaaaaaah main busa sabun lagi, emang ngga ada permainan yang laen, busa sabun itu kan mainan anak kecil, aku sama kakak kan udah gede.
“Udah coba aja dulu,” goda bunda sambil sambil niupin busa sabun ke arahku
Ih bunda jail deh, kubales loh,
kutiup busa sabun ke arah bunda, sayang bunda keburu menghindar, akibatnya malah ayah dan kakak yang kena semprot. Karena semprotanku barusan justru sekarang aku yang dikejar ayah ma kakak.
Nggak seberapa jauh, bunda ngambil gambar kami lari-larian, sambil nyeletuk.
Eh tadi klo ngga salah, ada yang bilang kalau busa sabun itu mainan anak kecil loh, tapi justru sekarang malah yang bilang yang maennya paling semangat
Eh emang tadi aku bilang begitu ya bun? jawabku sambil berusaha nutupin muka dari kamera, maklum mukaku udah mirip kepiting rebus karena nahan malu sekarang.

Wednesday, October 2, 2013

Bloody Monday: Menikmati Asyiknya Dikerjai Penulis Fiksi


Sebuah fakta sederhana kadang menjadi berkesan klo disampaiin  dengan cara yang nggak biasa. Pujian ini kiranya bisa disampein buat adaptasi komik Bloody Monday karya Shin Kibayashi
Bloody Monday
Dalam satu fragmennya, diceritain seorang harcker remaja dan sahabatnya nemuin kejanggalan dalam sebuah file yang baru diretasnya. File tersebut ternyata berisi video tentang guru baru mereka yang berada di Rusia saat malem natal. Mereka berdua ngga bakal heran klo aja beliau ngga lagi ada di tengah jemaat yang kena senjata biologis gitu. Nah, cerita nggak bakal seru dong klo pemaennya ngga bertindak. Untuk mastiin faktanya, hacker remaja ini nanyain alibi guru yang bersangkutan. Jawaban guru ini cukup meyakinkan. Pada tanggal 25 Desember di waktu yang sama dengan kejadian, guru ini lagi ada di rental film di Jepang. Buktinya ketulis jelas di kartu anggota rental. Biar yakin, guru ini bahkan bersedia minjemin kartu rentalnya untuk dicek. Dengan masukin data dari kartu sewa, hacker muda ini berhasil ngeretas cctv rental yang dimaksud. Dan bener aja, ibu guru cantik ini memang terekam anggun tengah berada di rental tersebut.
Kichise Michiko 
klo gurunya begini mendadak pengen sekolah lagi deh

Sebagai penonton, saya cuma bisa heran. Gimana bisa satu orang ada di dua tempat yang beda di satu waktu yang sama. Jaraknya nggak maen-maen lagi 3633,04 kilo aja. Akhirnya saya cuma bisa manyun ma nebak-nebak logikanya. Maklum, klo mau trus ditonton, model fiksi thriler begini emang harus kuat di logika jalan cerita. Setelah sabar menanti, akhirnya saya nemu jawabannya. Dan alesannya ternyata nggak ribet.  Lewat penjelasan teman si hacker, saya dikasih tahu bahwa masyarakat Rusia ngga merayakan natal pada tanggal 25 Desember, tapi 2 Januari. Simpel tapi cukup bikin nyengir. Dipikir-pikir ternyata saya ini doyan ya dikerjain lewat model yang beginian. Sedari awal logika kita eh saya dibawa untuk percaya bahwa Natal itu pasti 25 Desember, Untuk film ini, ditambah pake bukti video segala lagi. Pas bagian buntut, pandangan umum kita barulah diambrolin, cuma pake wawasan sederhana yang kadang luput dari otak saya. 
Shin Kibayashi
Selewat beberapa waktu nonton serial ini saya nyengir lagi. Kali ini saya bukan nyengir salut atas kejeniusan penulis ngerjain saya, tapi karena kebegoan saya. Mau-maunya ya dibego-begoin sama Shin Kibayashi ini. Kalau emang aksinya ngga mau dihack, ngapain repot-repot upload aksi  ke server? “Klo emang bos penjahatnya khawatir anak buahnya bakal berkhianat mbok video-nya ngga usah diupload kek.” Pikir saya. Tapi otak saya ternyata protes dengan pikiran saya barusan. Mas ini kan serial soal hacker, jadi masuk akal dong ada aksi ngehack, kecuali ini soal kolam ikan yang nongol wajar klo ada mujaer, lagipula ini kan cuma pelm, repot amat sih  loe sampe mikirin logika jalan ceritanya sampe sebegitu amat.