Menyaksikan
empat pertandingan terkini Milan boleh jadi amat menarik. Bertanding melawan
Napoli, AS Roma, Real Madrid dan Sasuolo boleh jadi menggambarkan karakter
permainan Milan selama hampir setengah musim. Sebelum melawan Napoli, gaya
Milan boleh dibilang serupa. Mati gaya saat menghadapi pertahanan berlapis dan terlihat
gagap saat harus berhadapan dengan striker lincah dan kreatif seperti Dybala.
Lini
belakang Milan mulai tampil lebih berkarakter saat Mexes mulai rutin mengisi
lini belakang. Gaya Mexes yang lugas dan suka membantu penyerangan agak
kurang cocok filosofi kepelatihan sebelum Inzaghi. Gaya ofensifnya ini menjadi
sisi yang dieksplotasi tim lawan. Berbeda dengan gaya Allegeri dan Seedorf,
pertahanan tim racikan Inzaghi lebih dinamis. Begitu bola disapu pemain
bertahan, serangan akan langsung mengalir cepat. Gaya agresif Mexes ini, sukses
menjinakkan Di Natale saat Milan melawan Udinese.
Dalam NBA,
gaya cepat ini mengingatkan saya pada Steve Blake, mantan pemain Lakers musim
lalu. Saat dilatih Phil Jackson dan Mike
Brown, Blake yang dikenal kerap melakukan turnover karena umpan tajamnya kerap
dipotong lawan, di bawah asuhan D’antoni meraih 7,6 assist per pertandingan.
Rataan tersebut lebih tinggi 3,6 assist dari rataan selama kariernya mengingat
dalam sistem permainan D’antoni, pemain dituntut untuk bereaksi cepat baik saat
menerima umpan dan maupun saat menembakan bola sehingga lawan tidak sempat
memotong umpan Blake.
Cederanya
Disciglio dan Abate juga menjadi berkah tersendiri bagi Armero. Walaupun sempat
nyaris membuat blunder saat melawan Napoli, kecepatan dan ketajaman umpan
silangnya masih lebih bagus dari Disciglio, tidak heran umpannya memberikan
satu assist bagi Bonaventura. Terlepas dari kartu merahnya saat melawan AS
Roma, permainan Armero patut diacungi jempol terutama saat harus menekan pemain
lawan.
Di lini
tengah, penampilan Milan makin bertenaga sejak Bonaventura lebih banyak
dioperasikan di lini tengah, bersama De Jong, Montolivo, atau Poli. Kelebihan
Bonaventura ada pada keuletannya dalam bertarung di lini tengah.
Gesit
di belakang, ulet di tengah, dan lincah di depan mulai menjadi ciri khas Milan
sejak melawan Napoli, Real Madrid, dan AS Roma di babak kedua. Ya baru di babak
kedua, karena di babak pertama Milan lebih memanfaatkan serangan balik, dengan
menumpuk pemain di lini belakang. Tidak heran aksi Menez tidak kentara pada
pertandingan tersebut mengingat Menez kurang mendapat pasokan bola yang memadai
dari lini tengah. Selain itu kelebihan Menez ada pada dribelnya yang tidak
terduga dan kemampuan sprint dekat kotak penalti. Gol melawan Parma, Napoli,
serta penalti saat melawan Lazio adalah bukti sahihnya.
Saat
melawan Sassuolo, keuletan Milan tidak terlihat. Milan memang membuka
pertandingan dengan meyakinkan. Bonaventura boleh dibilang menang
adu tenaga melawan Acerbi, sehingga mampu mengirim umpan akurat kepada El
Shaarawy, sebelum dituntaskan oleh Polli.
Namun
sejak gol tersebut, Milan seperti kembali ke gaya lamanya, gaya yang kikuk saat
ditekan lawan. Setelah gol pertama, Milan lebih memilih gaya serangan balik dan
bukan menekan pertahanan saat lawan menguasai bola Di Sciglio boleh dibilang
tidak bisa mengimbangi permainan bertenaga Berardi. Rami yang biasanya aktif
menyerang juga lebih banyak bertahan karena permainan cemerlang Missirioli.
Essien
yang menggantikan tugas De Jong sebagai pemutus aliran serangan di lini tengah
juga tidak tampil baik. Gol pertama Sassualo bahkan terjadi karena Essien tidak
terlalu sempurna dalam menyapu umpan Berardi. Essien sepertinya lebih cocok
sebagai pembagi bola seperti saat menjadi pemain pengganti melawan Cesena. Pada
saat melawan Cesena,keberhasilan umpannya mencapai 94%. Pada pertandingan melawan
Sassuolo, boleh dibilang lini tengah Milan kalah bertarung dengan gelandang
Sassuolo.
Permainan
Milan mulai lebih bertenaga saat mereka melakukan pergantian pemain. Di Sciglio
digeser di posisi kiri sedang posisinya di kanan ditempati Abate. Essien yang
bermain kurang efektif diganti Cerci. El Shaarawy yang lebih banyak melapis
sisi kiri bersama Rami diganti Pazzini. Masuknya tiga pemain ini mengubah gaya permainan
Milan dari mengandalkan mobilitas dua striker bayangan menjadi serangan yang
mengandalkan pasokan bola ke kotak penalti dari Poli dan Bonaventura. Sisi
kanan menjadi lebih ofensif karena permainan tajam Abate serta kemampuan Cerci
menahan bola. Milan nyaris mencetak gol dari sepakan akrobat Pazzini. Hanya
saja bola sepakannya berhasil dimentahkan Consigli.
Walaupun
gol kedua Sassuolo berasal dari situasi bola mati, sesungguhnya lini belakang
Milan sudah kalah bertarung dengan permainan ngotot Zaza, bahkan sebelum gol
kedua Sassuolo terjadi. Absennya Mexes karena cedera saat melawan Real Madrid
sepertinya mengubah gaya bertahan Milan. Zapata memang kokoh namun dinilai
kurang gesit. Alex bukan tipe pemain yang memotong pergerakan lawan dari
sepertiga lapangan, tekelnya cenderung banyak dilakukan di area 17-20 meter
pertahanan sendiri. Absennya Bonera bisa dibilang juga berpengaruh pada
permainan Milan. Walaupun beberapa kali menjadi sumber gol serangan lawan, pada
tiga pertandingan terakhir Bonera telah menemukan perannya. Dengan
pengalamannya menjadi deputi Nesta dan Maldini, Bonera menjadi bek kanan yang
efisien. Bonera paham bagaimana cara membuatnya dilanggar saat sayap lawan
menyisir sisi kiri pertahanan Milan.
Boleh dibilang Milan perlu bek yang agresif
namun tetap elegan. Munoz incaran Milan dari Palermo bisa menjadi warna baru di
lini pertahanan Milan. Munoz akan membuat lini belakang Milan lebih agresif
sebab ia tak canggung berduel dan sigap
menghalau bola-bola atas. Di lini tengah, jika saat dilatih Allegri Milan
surplus gelandang petarung, musim ini Milan justru memiliki banyak gelandang
kreatif. Suso boleh jadi adalah sayap bayangan yang memiliki gaya mirip Poli
atau Cerci. Obi Mikel dan Motta mungkin bisa memberikan suntikan energi
tersendiri bagi lini tengah Milan, walaupun mungkin tidak seagresif De Jong
yang diisukan akan hijrah ke setan merah yang lain Machester United. Dengan
masuknya para petarung, El Shaarawy, bisa lebih tampil menyerang, sebab selama
ini El Shaarawy adalah pemain yang terbilang yang tidak canggung turun kebawah
membantu pertahanan hingga sisi luar kotak 16. Itupun dengan catatan jika ia
tidak menerima pinangan klub lain di pertengahan musim ini