Sunday, February 22, 2015

Menikmati Karakter Paruh Musim Permainan Milan dalam Empat Pertandingan Terakhir



net-storage.tccstatic.com


Menyaksikan empat pertandingan terkini Milan boleh jadi amat menarik. Bertanding melawan Napoli, AS Roma, Real Madrid dan Sasuolo boleh jadi menggambarkan karakter permainan Milan selama hampir setengah musim. Sebelum melawan Napoli, gaya Milan boleh dibilang serupa. Mati gaya saat menghadapi pertahanan berlapis dan terlihat gagap saat harus berhadapan dengan striker lincah dan kreatif seperti Dybala.
Lini belakang Milan mulai tampil lebih berkarakter saat Mexes mulai rutin mengisi lini belakang.  Gaya Mexes yang lugas dan suka membantu penyerangan agak kurang cocok filosofi kepelatihan sebelum Inzaghi. Gaya ofensifnya ini menjadi sisi yang dieksplotasi tim lawan. Berbeda dengan gaya Allegeri dan Seedorf, pertahanan tim racikan Inzaghi lebih  dinamis. Begitu bola disapu pemain bertahan, serangan akan langsung mengalir cepat. Gaya agresif Mexes ini, sukses menjinakkan Di Natale saat Milan melawan Udinese.
Dalam NBA, gaya cepat ini mengingatkan saya pada Steve Blake, mantan pemain Lakers musim lalu.  Saat dilatih Phil Jackson dan Mike Brown, Blake yang dikenal kerap melakukan turnover karena umpan tajamnya kerap dipotong lawan, di bawah asuhan D’antoni meraih 7,6 assist per pertandingan. Rataan tersebut lebih tinggi 3,6 assist dari rataan selama kariernya mengingat dalam sistem permainan D’antoni, pemain dituntut untuk bereaksi cepat baik saat menerima umpan dan maupun saat menembakan bola sehingga lawan tidak sempat memotong umpan Blake.
Cederanya Disciglio dan Abate juga menjadi berkah tersendiri bagi Armero. Walaupun sempat nyaris membuat blunder saat melawan Napoli, kecepatan dan ketajaman umpan silangnya masih lebih bagus dari Disciglio, tidak heran umpannya memberikan satu assist bagi Bonaventura. Terlepas dari kartu merahnya saat melawan AS Roma, permainan Armero patut diacungi jempol terutama saat harus menekan pemain lawan.
Di lini tengah, penampilan Milan makin bertenaga sejak Bonaventura lebih banyak dioperasikan di lini tengah, bersama De Jong, Montolivo, atau Poli. Kelebihan Bonaventura ada pada keuletannya dalam bertarung di lini tengah.
Gesit di belakang, ulet di tengah, dan lincah di depan mulai menjadi ciri khas Milan sejak melawan Napoli, Real Madrid, dan AS Roma di babak kedua. Ya baru di babak kedua, karena di babak pertama Milan lebih memanfaatkan serangan balik, dengan menumpuk pemain di lini belakang. Tidak heran aksi Menez tidak kentara pada pertandingan tersebut mengingat Menez kurang mendapat pasokan bola yang memadai dari lini tengah. Selain itu kelebihan Menez ada pada dribelnya yang tidak terduga dan kemampuan sprint dekat kotak penalti. Gol melawan Parma, Napoli, serta penalti saat melawan Lazio adalah bukti sahihnya.
Saat melawan Sassuolo, keuletan Milan tidak terlihat. Milan memang membuka pertandingan dengan meyakinkan.  Bonaventura  boleh dibilang menang adu tenaga melawan Acerbi, sehingga mampu mengirim umpan akurat kepada El Shaarawy, sebelum dituntaskan oleh Polli.
Namun sejak gol tersebut, Milan seperti kembali ke gaya lamanya, gaya yang kikuk saat ditekan lawan. Setelah gol pertama, Milan lebih memilih gaya serangan balik dan bukan menekan pertahanan saat lawan menguasai bola Di Sciglio boleh dibilang tidak bisa mengimbangi permainan bertenaga Berardi. Rami yang biasanya aktif menyerang juga lebih banyak bertahan karena permainan cemerlang Missirioli.
Essien yang menggantikan tugas De Jong sebagai pemutus aliran serangan di lini tengah juga tidak tampil baik. Gol pertama Sassualo bahkan terjadi karena Essien tidak terlalu sempurna dalam menyapu umpan Berardi. Essien sepertinya lebih cocok sebagai pembagi bola seperti saat menjadi pemain pengganti melawan Cesena. Pada saat melawan Cesena,keberhasilan umpannya mencapai 94%. Pada pertandingan melawan Sassuolo, boleh dibilang lini tengah Milan kalah bertarung dengan gelandang Sassuolo.
Permainan Milan mulai lebih bertenaga saat mereka melakukan pergantian pemain. Di Sciglio digeser di posisi kiri sedang posisinya di kanan ditempati Abate. Essien yang bermain kurang efektif diganti Cerci. El Shaarawy yang lebih banyak melapis sisi kiri bersama Rami diganti Pazzini. Masuknya tiga pemain ini mengubah gaya permainan Milan dari mengandalkan mobilitas dua striker bayangan menjadi serangan yang mengandalkan pasokan bola ke kotak penalti dari Poli dan Bonaventura. Sisi kanan menjadi lebih ofensif karena permainan tajam Abate serta kemampuan Cerci menahan bola. Milan nyaris mencetak gol dari sepakan akrobat Pazzini. Hanya saja bola sepakannya berhasil dimentahkan Consigli.
Walaupun gol kedua Sassuolo berasal dari situasi bola mati, sesungguhnya lini belakang Milan sudah kalah bertarung dengan permainan ngotot Zaza, bahkan sebelum gol kedua Sassuolo terjadi. Absennya Mexes karena cedera saat melawan Real Madrid sepertinya mengubah gaya bertahan Milan. Zapata memang kokoh namun dinilai kurang gesit. Alex bukan tipe pemain yang memotong pergerakan lawan dari sepertiga lapangan, tekelnya cenderung banyak dilakukan di area 17-20 meter pertahanan sendiri. Absennya Bonera bisa dibilang juga berpengaruh pada permainan Milan. Walaupun beberapa kali menjadi sumber gol serangan lawan, pada tiga pertandingan terakhir Bonera telah menemukan perannya. Dengan pengalamannya menjadi deputi Nesta dan Maldini, Bonera menjadi bek kanan yang efisien. Bonera paham bagaimana cara membuatnya dilanggar saat sayap lawan menyisir sisi kiri pertahanan Milan.  

 Boleh dibilang Milan perlu bek yang agresif namun tetap elegan. Munoz incaran Milan dari Palermo bisa menjadi warna baru di lini pertahanan Milan. Munoz akan membuat lini belakang Milan lebih agresif sebab  ia tak canggung berduel dan sigap menghalau bola-bola atas. Di lini tengah, jika saat dilatih Allegri Milan surplus gelandang petarung, musim ini Milan justru memiliki banyak gelandang kreatif. Suso boleh jadi adalah sayap bayangan yang memiliki gaya mirip Poli atau Cerci. Obi Mikel dan Motta mungkin bisa memberikan suntikan energi tersendiri bagi lini tengah Milan, walaupun mungkin tidak seagresif De Jong yang diisukan akan hijrah ke setan merah yang lain Machester United. Dengan masuknya para petarung, El Shaarawy, bisa lebih tampil menyerang, sebab selama ini El Shaarawy adalah pemain yang terbilang yang tidak canggung turun kebawah membantu pertahanan hingga sisi luar kotak 16. Itupun dengan catatan jika ia tidak menerima pinangan klub lain di pertengahan musim ini