Eleanor Rosevelt pernah menulis “Yesterday is history.
Tomorrow is mystery. Today is a gift”. Esok masih
misteri, hari ini adalah anugerah. Pertanyaannya, gimana klo kita udah tau gimana
hari esok kita? Mungkin bisa dibilang beruntung, Mia diberi anugerah untuk
mengisi hidupnya untuk delapan bulan ke depan. Bisa lebih, bisa kurang.
Perkiraan kadang bukan sekedar perkiraan. Dokter atau apapun istilahnya memperkirakan
berdasarkan perkembangan kanker dan keberhasilan treatment. Tuhan jauh lebih tau angka pastinya. Tuhan jugalah yang
menunjukan perkiraan usia harapan hidup lewat penelitian medis, science. Gimana kita bisa mendeteksi
usia kanker sampai cara menghambat atau mematikan perkembangannya, misal dengan
cryosurgery, membekukan kanker dengan nitrogen.
Kalau saya Mia, kata-kata bijak di atas bisa jadi
nggak berarti. Kata-kata bijak memang mudah diucapkan, semudah mencomot
penjelasan informasi medis dari belakang layar monitor. Entah apa yang saya
lakukan kalau saya jadi Mia, gadis yang punya mimpi untuk mementaskan “Aku dan
Harapanku”, entah harapan apa itu (kan nggak dijelasin di trailer #eh). Tapi
seenggaknya Harapan Mia jadi lebih jelas. Mungkin bukan hidup lebih lama
(#sotoy), tapi untuk punya (lebih banyak) pilihan.
Mungkin terlalu berat untuk bawa-bawa nama Tuhan. Tapi
seenggaknya kita semua memang dianugerahkan kemampuan berpikir dan memilih,
bahkan untuk Mia yang dikisahkan mendapat kesempatan untuk mengisi hari-harinya
untuk delapan bulan ke depan. Pilihan untuk meratap, mempertanyakan “kenapa
harus aku”, atau malah pilihan untuk tersenyum. Tersenyum karena mendapat
keberuntungan mengetahui sisa umur yang bisa kita miliki, kurang lebih delapan
bulan, stadium III atau IV, tergantung jenis kankernya (kebetulan aja belom
dijelasin jenis kankernya apa).
I am Hope,
pilihan ada pada Mia, memilih untuk merasa tidak punya pilihan seperti Mia,
memilih untuk bersikap biasa-biasa saja karena, mengutip lirik Nyanyian Harapan #“…segala rencana berjalan apa adanya”, atau memilih untuk tetap mempercayai harapan,
seperti drama yang ingin dipentaskan Mia, termasuk memilih untuk melakukan
hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan tentunya.
captured from Doctor X 3 episode 6 |
Dilihat dari trailernya, mungkin “I Am Hope The Movie” nggak seteknis itu,
terlebih bagian ending. Penjelasan teknis dengan pendekatan science, kalaupun ada biasanya dipajang
di depan atau tengah. Itupun nggak seribet drama Doctor X dorama jepang yang
menjelaskan bagaimana dokter menangani kanker serviks yang menyebar sampai rahim. Pada episode tersebut dr.
Daimon Michiko mengangkat rahim pasien (hysterectomy). Pengangkatan rahim sendiri
akan mempengaruhi sekresi (buang air). Hysterctomy menyebabkan
kandung kernih tidak lagi terlindungi (normalnya kandung kernih terletak di
atas rahim), mungkin kandung kernih jadi
lemah atau bahkan terluka. Untuk dapat buang air, lazimnya perlu dipasang
kandung kernih dan anus buatan, tapi Daimon Michiko memilih untuk merokunstruksi
organ dengan melakukan operasi anastomosis
untuk menghubungan usus besar ke sphincter (penyaring cairan yang kita minum
sebelum masuk ke kandung kernih) agar pasien bisa tetap buang air. Bahkan kemungkinan
pasien masih bisa melahirkan lantaran Michiko menyerahkan jaringan ovarium
pasien ke bagian yang menangani pembekuan organ (cryopreservation). Informasi
bermanfaat dan sedikit ribet buat awan seperti saya (nggak yakin banyak orang
Indonesia yang suka model drama teknis beginian #eh). Melihat trailernya, kita
diajak untuk memahami bagaimana menyikapi penyakit kanker, dengan ending yang
belom keliatan, walaupun penonton bisa memperkirakan seberapa
parah kanker yang diderita Mia dari perkiraan seberapa lama Mia bisa
bertahan hidup berarti kanker stadium III atau
IV (tergantung jenis kankernya, sayang blom diinformasiin di trailernya).
Entah apa yang bisa dilakukan Mia dari belakang kursi
rodanya, Tak sedikit harapan yang bisa diwujudkannya kalau dia mau. Toh, “harapan
di sini bisa diartikan berbagai macam hal oleh berbagai macam orang” Begitu
kata Aryo Wahab, entah sebagai siapa di sini perannya.
Saya sendiri tidak tau harapan Mia. Mungkin, selama
memungkinkan, Mia bisa melakukan aktivitas yang disukainya,
membaca, membantu sahabat-sahabatnya mempersiapkan pementasan, tersenyum dan
memberi dukungan. Sembari menjalani program
perawatan tentunya.
Bisa jadi malah membuat pementasan di sebuah yayasan
bersama anak-anak penderita kanker. Buat saya, melihat mereka tersenyum,
tertawa, saat berlatih bersama bisa berarti berbagi harapan. Kali ini Harapan
bukan hanya Mia, tapi juga milik mereka semua, anak-anak yang berpentas bersamanya. Berpentas
mengenakan Gelang Harapan Paling
tidak itu I’m Hope menurut saya, Hope is also yours, entah yang lain.
Terlepas dari itu semua, harapan ada di tangan Mia,
saya cuma mengusulkan harapannya saja, eksekusi ada di tangan penulis skenario
eh sutradara dan juri dari Alkimia
Production, dan Yayasan Dunia Kasih Harapan sama pihak uplek.com.
Saya sendiri tak mempermasalahkan apa
pilihannya, selama dia menyambutnya dengan senyuman, Mia sudah memaknai hari-harinya
sebagai anugerah, termasuk esok hari. That’s why is called
the present kata Eleanor Roosevelt.
Untuk mengetahui kisah selanjutnya kita bisa saksikan “PRE SALE @IAmHopeTheMovie yang akan tayang di
bioskop mulai 18 februari 2016.
Dapatkan @GelangHarapan special edition
#IAmHope hanya dengan membeli pre sale ini seharga Rp.150.000,- (untuk 1 gelang
& 1 tiket menonton) di http://bit.ly/iamhoperk Dari #BraceletOfHope 100% & sebagian dari profit film akan
disumbangkan untuk yayasan & penderita kanker sekaligus membantu kami
membangun rumah singgah
.
Follow Twitter @Gelangharapan dan @Iamhopethemovie
Follow Twitter @Gelangharapan dan @Iamhopethemovie
Follow Instagram @Gelangharapan dan @iamhopethemovie
Follow Twitter @infouplek dan Instagram @Uplekpedia
#GelangHarapan #IamHOPETheMovie #BraceletofHOPE #WarriorOfHOPE #OneMillionHOPE #SpreadHope”
rilis empat hari setelah valentine :)
ReplyDeletega sabar buat nunggu film ini mas...
btw, penasaran sama gelangnya juga