Diakui atau nggak, sebagian manusia,
termasuk gue, doyan merhatiin hal yang bengkok-bengkok. Ketika ngeliat yang bengkok
itulah, sebagian kita punya potensi ingin meluruskan kebengokan, terlepas dari
beberapa aspek, kita blom tentu lebih bener daripada mereka yang konon jadi
tukang bengkokinnya. Ngga heran berita kriminal sampe pejuang pemilu bersih
bertebaran dimana-mana. Simpelnya klo dari sononya udah lempeng ngapain
dikoreksi. Klopun ada berita soal prestasi dan solusi, gaung dramanya ngga
sekenceng para pejuang demokrasi, Nah klo ada yang nanya ke gue soal
lempeng-lempengan, gue bingung juga jawabnya, wong diri sendiri blom lempeng,
malah sibuk ngelempengin tempat lain. #Kaca mana kaca.
4.bp.blogspot.com |
Soal lempeng-lempengan begini kayaknya
jadi menu di dorama Wakamonotachi 2014 (Young
People), seenggaknya keintip dari episode pembuka. Drama ini nyeritain
kakak beradek Sato, dengan tantangan masing-masing. Asahi kakak tertua, bisa
dibilang kakak kalem, pengayom, yang bertanggung jawab, tapi ngga segen pake sedikit jurus
gulat canda gemes buat ngelempengin yang bengkok-bengkok (sebecanda-becandanya klo
pake piting sama mpe mental ya kembali kasih juga sih). Alasan proteksi buat
adek-adeknya mungkin bisa dimaklumi, tapi gulatnya blom tentu diterima.
cdn.fstatic.com |
Juragan lempeng ini dapet
tantangan menarik tersendiri dari pacarnya lewat pertanyaan. Pertanyaan Mpok
Asuza sendiri adalah soal shortgun married (dekichatta kekkon). Kenapa nanya? Secara
doi konon hamil tiga bulan. Keduanya sebenernya paham-paham aja kepedulian
Asahi sama empat adeknya, tapi berhubung ini soal anugerah, tetep aja jadi
topik renyah, pedes, ma manis (kripik kale). Menariknya sutradaranya tau aja cara
bikin cerita. Mpok Asuza konon
nyambi kerja malem di klub buat nyari tambahan rezeki sekaligus (klo ngga salah) ngembaliin neraca keluarga di kampung, diluar usaha jualan bento di deket proyek konstruksi juragan lempeng mengabdi.
Bisa ditebak Asahi jadi punya pembenaran tambahan buat jitak-jitakan sama mpok
Asuza.
4.bp.blogspot.com |
Cerita Sato kedua, Satoru, blom banyak
diulas disini secara doi diceritain baru nongol dari balik jeruji dan disambut
Masami Nagasawa, putri korban Satoru yang berakting tomboi, dan nggak canggung
maen bibir berasep.
s3.amazonaws.com |
Sato ketiga adalah Hikari. Kalau ngga
salah profesinya adalah perawat rumah sakit. Tantangannya beda lagi sama dua
abangnya. Mpok Hikari ini naksir berat sama dokter yang udah jadi keluarga buat
Sato bersaudara. Menariknya Raden mas mpok Hikari udah punya titel keluarga kecil bahagia sejahtera, alias istri satu,
buntut satu. Nah pan bisa ditebak gimana sikap Asahi. Sebagai kakak yang baik
dan bertanggung jawab doi siap dong pasang badan. Tapi ya klo pake ngaca susah
juga sih
Sato berikutnya adalah
Haru. Doi klo ngga salah adalah sutradara drama yang konon guyup ma idealis.
Selain jadi detektif juragan lempeng buat nyari informasi mpok idamannya dari tempat kerja sampe tempat nonton gulat, cerita Haru sendiri blom banyak digali. Yang jelas tantangan buat Haru cenderung klise yaitu selamat
menikmati sarapan sepiring Idealisme.
pbs.twimg.com |
Tadashi adalah Sato bontot.
Anak sekolah yang singkatnya kenalan sama temen sekelas dan ujug-ujug udah
nongol foto versi ngadep gelas (minuman beralkohol) ma beberapa foto lilitan selimut atau anduk aja (fiuhhh, wlopun ngga eksplisit, teteup aja jadi tantangan bulan puasa). Berhubung
masih episode awal, cerita Tadashi blom keeksplor semua, paling pas pulang
cengar-cengir sama diajak gulat aja sama Asahi juragan lempeng gara-gara ngobrolin gelas. Terlepas dari tantangan dan
ritual gulat keluarga Sato, obrolan keluarga ini cenderung renyah dan terbuka,
dengan aksen candaan dan jitak-jitakan disana-sini
www.intuned.com |
Nonton Wakamonotachi 2014 serasa nonton sinetron Republik Indonesia,
lumayan banyak ceritanya untuk sebuah drajep, terlepas episode pertama drajep
biasanya dibuat “wah” buat gong, dengan tambahan durasi lima belas menit dari episode biasa. Dengan tantangan tiap Sato ditambah deretan pemaen berlabel
pemenang Japanese Drama Academy Award, rasanya drama ini serasa dua sisi mata
duitan #eh mata uang.
Tsumabuki Satoshi (Orange Days), Eita (Saikou
no Rikon), Mitsushima Hikari
(Woman), Emoto Tasuku, Nomura Shuhei, Aoi Yu, Nagasawa Masami (Proposal Daisakusen), Hashimoto
Ai, Yoshioka Hidetaka (Dr. Koto
Shinryojo) bukan aktor
sembarangan di drama Jepang. Diluar Matsushima Hikari, nama-nama yang diikuti
judul dramanya bercetak tebel adalah artis terbaik untuk judul termaksud. Bersama
Matsusima Hikari, kelimanya boleh dibilang termasuk aktor watak, bahkan untuk
Nagasawa Masami. Walaupun identik dengan peran-peran manis, Masami sempat
bermain dalam drama menantang sebelumnya bersama Ueno Juri dalam Last Friend.
i6.minus.com |
Ngeliat karakter dan tantangan dari
masing-masing Sato, lima karakter kuat ini bisa jadi, mau ngga mau, ngga bisa
dibawain secara simpel. Butuh eksplorasi akting akrobatik, terlepas akting
bagus ngga selalu harus jadi psikopat. Akting natural yang pas pun
bisa jadi menantang dan bagus selama ngena buat yang nonton, Kareena Kapoor
lewat Ek Main Aur Ekk Tu udah nunjukin contohnya, seenggaknya buat gue). Akting aktor-aktris watak ini menjanjikan cerita menarik atau bahkan bisa jadi terlalu seru secara kesemuanya mungkin pengen nunjukin kualitas akting dan bukan harmoni. Ibarat nyanyi bareng,
Lagu yang bagus kadang nyampe bukan karena semua anggotanya nyanyi bagus, tapi
mereka saling ngisi, dan berbagi harmoni, kapan harus pake suara satu, siapa
yang ngisi suara dua, yang mana yang berperan untuk ngatur tempo dan sebagainya.
Dengan gaya khas jepang yang teduh, menarik disimak mengenai cara keluarga Sato, menaklukan tantangan yang penuh warna di tiap episodenya. Episode awal ini sendiri dibungkus lewat pemahaman manis bahwa hidup ibarat pertandingan gulat, yang selalu memberi pilihan untuk bangkit setelah terpukul jatuh dan membalikkan keunggulan. Lewat filosofi gulat inilah Asahi dan mpok Asuza memahami bahwa cerita manis mereka bukan todongan senapan berpeluru perak (shotgun), melainkan anugerah kehidupan.
Dengan gaya khas jepang yang teduh, menarik disimak mengenai cara keluarga Sato, menaklukan tantangan yang penuh warna di tiap episodenya. Episode awal ini sendiri dibungkus lewat pemahaman manis bahwa hidup ibarat pertandingan gulat, yang selalu memberi pilihan untuk bangkit setelah terpukul jatuh dan membalikkan keunggulan. Lewat filosofi gulat inilah Asahi dan mpok Asuza memahami bahwa cerita manis mereka bukan todongan senapan berpeluru perak (shotgun), melainkan anugerah kehidupan.
Dari segi rating, Wakamonotachi 2014 terbilang
lumayan 12%, Drama jepang laen musim ini, Great Teacher Onizuka (GTO) sendiri 9,7%.
Dari segi brojolnya juga terbilang cepet sih kayak model dorama jaman
2012-2013, seenggaknya untuk episode pertama, secara mungkin Wakamonotachi 2014
nawarin nama-nama yang renyah di jagat drama Jepang sana. GTO pun penikmatnya
ngga sedikit walaupun rating kurang membahana di Jepang sana.
Ngomongin soal rating,
menarik dicermati klo Wakamonotachi 2014 jadi tantangan
tersendiri bagi Fuji TV buat ngambil hati pemirsanya. Yups tantangan karena
selama ini Fuji TV identik sama rating tinggi terutama Monday Prime
Time-nya. Dan Monday Prime Time Fuji, musim tayang kemaren dapet rating 9%.
NTV tampil bagus lewat Kaesifu no Mita (24,8%) sama Hanasaki Mai ga Damattenai (16%). Episode bontot TBS Hanwaza Naoki (29,7%) malah
mecahin rating episode bontot Kaesifu no Mita (40%) yaitu 42,2 %. Walopun
rating keseluruhan blom secetar Hero (34%) dan Oshin (52,6%). Sekuel jadi
senjata Fuji untuk nampang di hati pemirsah. Galileo 2 berhasil meraup rating
19%. Wakamonotachi 2014 juga sekuel. Yang menarik ditunggu adalah Hero 2. Tahun 2001 ratingnya 33% aja, filmnya box office pula.
sekuelnya bakal jadi reuni kimataku sama keiko kitagawa setelah sebelomnya maen
di Tsuki no Koibito (2010). Wlopun ngga sedikit yang kontra soal cocok
nggaknya kimutaku maen kul sekarang, gue termasuk yang penasaran, Sekian
coretan saya dan terima menu buka puasa. Berikut OST Wakamonotachi versi bening eh cover
No comments:
Post a Comment