Friday, July 11, 2014

Lempeng


Diakui atau nggak, sebagian manusia, termasuk gue, doyan merhatiin hal yang bengkok-bengkok. Ketika ngeliat yang bengkok itulah, sebagian kita punya potensi ingin meluruskan kebengokan, terlepas dari beberapa aspek, kita blom tentu lebih bener daripada mereka yang konon jadi tukang bengkokinnya. Ngga heran berita kriminal sampe pejuang pemilu bersih bertebaran dimana-mana. Simpelnya klo dari sononya udah lempeng ngapain dikoreksi. Klopun ada berita soal prestasi dan solusi, gaung dramanya ngga sekenceng para pejuang demokrasi, Nah klo ada yang nanya ke gue soal lempeng-lempengan, gue bingung juga jawabnya, wong diri sendiri blom lempeng, malah sibuk ngelempengin tempat lain. #Kaca mana kaca.
4.bp.blogspot.com

Soal lempeng-lempengan begini kayaknya jadi menu di dorama Wakamonotachi 2014 (Young People), seenggaknya keintip dari episode pembuka. Drama ini nyeritain kakak beradek Sato, dengan tantangan masing-masing. Asahi kakak tertua, bisa dibilang kakak kalem, pengayom, yang bertanggung jawab, tapi ngga segen pake sedikit jurus gulat canda gemes buat ngelempengin yang bengkok-bengkok (sebecanda-becandanya klo pake piting sama mpe mental ya kembali kasih juga sih). Alasan proteksi buat adek-adeknya mungkin bisa dimaklumi, tapi gulatnya blom tentu diterima.
cdn.fstatic.com

Juragan lempeng ini dapet tantangan menarik tersendiri dari pacarnya lewat pertanyaan. Pertanyaan Mpok Asuza sendiri adalah soal shortgun married (dekichatta kekkon). Kenapa nanya? Secara doi konon hamil tiga bulan. Keduanya sebenernya paham-paham aja kepedulian Asahi sama empat adeknya, tapi berhubung ini soal anugerah, tetep aja jadi topik renyah, pedes, ma manis (kripik kale). Menariknya sutradaranya tau aja cara bikin cerita.  Mpok Asuza konon nyambi kerja malem di klub buat nyari tambahan rezeki sekaligus (klo ngga salah) ngembaliin neraca keluarga di kampung, diluar usaha jualan bento di deket proyek konstruksi juragan lempeng mengabdi. Bisa ditebak Asahi jadi punya pembenaran tambahan buat jitak-jitakan sama mpok Asuza.   
4.bp.blogspot.com

Cerita Sato kedua, Satoru, blom banyak diulas disini secara doi diceritain baru nongol dari balik jeruji dan disambut Masami Nagasawa, putri korban Satoru yang berakting tomboi, dan nggak canggung maen bibir berasep.
s3.amazonaws.com

Sato ketiga adalah Hikari. Kalau ngga salah profesinya adalah perawat rumah sakit. Tantangannya beda lagi sama dua abangnya. Mpok Hikari ini naksir berat sama dokter yang udah jadi keluarga buat Sato bersaudara. Menariknya Raden mas mpok Hikari udah punya titel keluarga kecil bahagia sejahtera, alias istri satu, buntut satu. Nah pan bisa ditebak gimana sikap Asahi. Sebagai kakak yang baik dan bertanggung jawab doi siap dong pasang badan. Tapi ya klo pake ngaca susah juga sih

Sato berikutnya adalah Haru. Doi klo ngga salah adalah sutradara drama yang konon guyup ma idealis. Selain jadi detektif juragan lempeng buat nyari informasi mpok idamannya dari tempat kerja sampe tempat nonton gulat, cerita Haru sendiri blom banyak digali. Yang jelas tantangan buat Haru cenderung klise yaitu selamat menikmati sarapan sepiring Idealisme.
pbs.twimg.com


Tadashi adalah Sato bontot. Anak sekolah yang singkatnya kenalan sama temen sekelas dan ujug-ujug udah nongol foto versi ngadep gelas (minuman beralkohol) ma beberapa foto lilitan selimut atau anduk aja (fiuhhh, wlopun ngga eksplisit, teteup aja jadi tantangan bulan puasa). Berhubung masih episode awal, cerita Tadashi blom keeksplor semua, paling pas pulang cengar-cengir sama diajak gulat aja sama Asahi juragan lempeng gara-gara ngobrolin gelas. Terlepas dari tantangan dan ritual gulat keluarga Sato, obrolan keluarga ini cenderung renyah dan terbuka, dengan aksen candaan dan jitak-jitakan disana-sini
www.intuned.com

Nonton Wakamonotachi 2014 serasa nonton sinetron Republik Indonesia, lumayan banyak ceritanya untuk sebuah drajep, terlepas episode pertama drajep biasanya dibuat “wah” buat gong, dengan tambahan durasi lima belas menit dari episode biasa. Dengan tantangan tiap Sato ditambah deretan pemaen berlabel pemenang Japanese Drama Academy Award, rasanya drama ini serasa dua sisi mata duitan #eh mata uang.
Tsumabuki Satoshi (Orange Days), Eita (Saikou no Rikon), Mitsushima Hikari (Woman), Emoto Tasuku, Nomura Shuhei, Aoi Yu, Nagasawa Masami (Proposal Daisakusen), Hashimoto Ai, Yoshioka Hidetaka (Dr. Koto Shinryojo) bukan aktor sembarangan di drama Jepang. Diluar Matsushima Hikari, nama-nama yang diikuti judul dramanya bercetak tebel adalah artis terbaik untuk judul termaksud. Bersama Matsusima Hikari, kelimanya boleh dibilang termasuk aktor watak, bahkan untuk Nagasawa Masami. Walaupun identik dengan peran-peran manis, Masami sempat bermain dalam drama menantang sebelumnya bersama Ueno Juri dalam Last Friend.
i6.minus.com

Ngeliat karakter dan tantangan dari masing-masing Sato, lima karakter kuat ini bisa jadi, mau ngga mau, ngga bisa dibawain secara simpel. Butuh eksplorasi akting akrobatik, terlepas akting bagus ngga selalu harus jadi psikopat. Akting natural yang pas pun bisa jadi menantang dan bagus selama ngena buat yang nonton, Kareena Kapoor lewat Ek Main Aur Ekk Tu udah nunjukin contohnya, seenggaknya buat gue)Akting aktor-aktris watak ini menjanjikan cerita menarik atau bahkan bisa jadi terlalu seru secara kesemuanya mungkin pengen nunjukin kualitas akting dan bukan harmoni. Ibarat nyanyi bareng, Lagu yang bagus kadang nyampe bukan karena semua anggotanya nyanyi bagus, tapi mereka saling ngisi, dan berbagi harmoni, kapan harus pake suara satu, siapa yang ngisi suara dua, yang mana yang berperan untuk ngatur tempo dan sebagainya. 
Dengan gaya khas jepang yang teduh, menarik disimak mengenai cara keluarga Sato, menaklukan tantangan yang penuh warna di tiap episodenya. Episode awal ini sendiri dibungkus lewat pemahaman manis bahwa hidup ibarat pertandingan gulat, yang selalu memberi pilihan untuk bangkit setelah terpukul jatuh dan membalikkan keunggulan. Lewat filosofi gulat inilah Asahi dan mpok Asuza memahami bahwa cerita manis mereka bukan todongan senapan berpeluru perak (shotgun), melainkan anugerah kehidupan.
Dari segi rating, Wakamonotachi 2014 terbilang lumayan 12%, Drama jepang laen musim ini, Great Teacher Onizuka (GTO) sendiri 9,7%. Dari segi brojolnya juga terbilang cepet sih kayak model dorama jaman 2012-2013, seenggaknya untuk episode pertama, secara mungkin Wakamonotachi 2014 nawarin nama-nama yang renyah di jagat drama Jepang sana. GTO pun penikmatnya ngga sedikit walaupun rating kurang membahana di Jepang sana.
Ngomongin soal rating, menarik dicermati klo Wakamonotachi 2014 jadi tantangan tersendiri bagi Fuji TV buat ngambil hati pemirsanya. Yups tantangan karena selama ini Fuji TV identik sama rating tinggi terutama Monday Prime Time-nya. Dan Monday Prime Time Fuji, musim tayang kemaren dapet rating 9%. NTV tampil bagus lewat  Kaesifu no Mita (24,8%) sama Hanasaki Mai ga Damattenai (16%). Episode bontot TBS Hanwaza Naoki (29,7%) malah mecahin rating episode bontot Kaesifu no Mita (40%) yaitu 42,2 %. Walopun rating keseluruhan blom secetar Hero (34%) dan Oshin (52,6%). Sekuel jadi senjata Fuji untuk nampang di hati pemirsah. Galileo 2 berhasil meraup rating 19%. Wakamonotachi 2014 juga sekuel. Yang menarik ditunggu adalah Hero 2. Tahun 2001 ratingnya 33% aja, filmnya box office pula. sekuelnya bakal jadi reuni kimataku sama keiko kitagawa setelah sebelomnya maen di Tsuki no Koibito (2010). Wlopun ngga sedikit yang kontra soal cocok nggaknya kimutaku maen kul sekarang, gue termasuk yang penasaran, Sekian coretan saya dan terima menu buka puasa.  Berikut OST Wakamonotachi versi bening eh cover 

No comments:

Post a Comment