Monday, January 20, 2014

Abu-abu



Doctor X: Daimon Michiko termasuk salah satu serial jepang favorit saya. Serial tersebut memberikan saya wawasan tentang dunia medis populer.  Misal tentang penggunaan es batu dan vodka untuk menurunkan suhu tubuh pengelola klub malam. Penjelasan ilmiahnya cukup sederhana, alkohol dapat menurunkan suhu karena mudah menguap, dan semakin tinggi kadar alkohol semakin cepat pula penguapannya. Di klub tersebut minuman beralkohol dengan kadar alkohol tertinggi adalah vodka, yaitu 35-50%. Lewat subtitelnya saya baru tahu kalau istilah kerennya adalah Heat of vaporazion.
gelas-gelas vodka (img.ehowcdn.com)

Selain memberikan wawasan medis, karakter Daimon Michiko yang unik jadi alasan mengapa serial ini mencapai rating dua digit.  Daimon Michiko digambarkan sebagai dokter paruh waktu dengan rekam jejak sempurna, nyaris tidak pernah gagal menangani pasien. Walaupun terkesan kurang manusiawi, Kesempurnaan Michiko ini yang menjadi kekuatan cerita serial ini.
Hasil kerja Michiko yang memuaskan memiliki harga tersendiri, seperti pepatah jawa “ana rega ana rupa.” Manajer Michiko, Kanbara Akiralah yang mengurusi hitung-hitungan ini. Biasanya jasa medis ini ditagihkan pada kepala divisi rumah sakit. Walaupun terkadang Michiko tanpa sungkan menerima ucapan terima kasih pada pasien VIP.  Jasa medis Michiko konon digunakan untuk biaya manajemen dan pelatihan oleh Kanbara. 
Kanbara Akira (f.ptcdn.info)

Walaupun hasil kerjanya luar biasa, keahlian Michiko jarang mendapat publisitas, maklum tanpa publisitas jadi salah satu klausul kontrak Michiko, selain batasan jam kerja, biaya lembur, serta tidak bersedia mengikuti acara seremonial rumah sakit, seperti menyambut tamu VIP. Michiko juga dikenal tidak bersedia berkumpul dengan kolega di luar jam kerja, misal untuk minum bersama atau malah bermain golf.  Bahkan Michiko lebih memilih menangani pasien daripada menjadi pembicara simposium.
Michiko sendiri juga dikenal blak-blakan dan cenderung tidak ramah. Berbeda jauh dari sosok dokter ideal, ramah dan tanpa pamrih. Tapi disinilah menariknya sosok Michiko. Walaupun terkesan arogan, sosoknya justru digambarkan lebih jujur dari kolega-koleganya
Yonekura Ryoko (i771.photobucket.com)

Peran abu-abu Yonekura Ryoko sebagai Daimon Michiko inilah yang mengantarnya meraih penghargaan sebagai aktris terbaik dalam Television Academy Award, karakter Michiko ini makin kuat karena didukung karakter kolega-kolega Michiko yang bertolak belakang dengannya. Disaat Michiko digambarkan sebagai tokoh jahat, kolega Michiko juga ditampilkan sama jahat, kalau tidak bisa dibilang lebih buruk. Kolega Michiko memang ditampilkan santun dan kerap menolak ucapan terima kasih dihadapan umum, Namun faktanya mereka kerap mengomentari pasien dibelakang serta menerima ucapan terima kasih dibawah meja. Sifat Michiko yang tidak suka publisitas juga kerap dimanfaatkan koleganya. Mereka tidak jarang mengakui hasil kerja keras Michiko sebagai hasil kerjanya. Dan Michiko tidak mempermasalahkan kelakuan mereka, walaupun Michiko digambarkan sempat kesal karena solusi medisnya pernah diserobot salah satu koleganya
Karakter Michiko yang kuat serta rating yang cukup memikat membuat serial ini dilanjutkan pada musim kedua. Rata-rata ratingnya juga tidak bisa dipandang sebelah mata 22,8%, lebih tinggi dari musim pertamanya 19,1%
rekan satu manajemen Michiko, Jonouchi Hiromi (images4.wikia.nocookie.net)  

Pada musim pertama, tiap episodenya lebih sering mengekplorasi konflik antara Michiko dan kolega terkait  keahlian Michiko dan klausul kontraknya yang dianggap nyeleneh. Fokus cerita musim kedua sendiri bukan lagi soal klausul, namun soal rivalitas kandidat direktur rumah sakit universitas. Awalnya Michiko dipekerjakan oleh salah satu kepala divisi rumah sakit untuk meningkatkan pesentase keberhasilan penanganan pasien di divisinya. Selain itu, Michiko diminta untuk membatasi jadwal operasi dan hanya mengoperasi pasien sesuai permintaan kepala divisi. Hasil kerjanya yang ekslusif ini kelak ada diakui sebagai hasil kerja keras divisi dan otomatis meningkatkan elektabilitas kepala divisi sebagai kandidat direktur. Karena tidak suka dijadikan alat oleh kepala divisi, Michiko protes dan akhirnya dipecat. Peluang ini digunakan oleh lawan. Berbeda dengan divisi sebelumnya, di divisi baru ini, Michiko diberi kebebasan melakukan hobinya, mengoperasi pasien. Walaupun tetap dijadikan alat pengatrol elektabilitas, Michiko tidak peduli, karena dia lebih sibuk menangani pasien daripada intrik politik rumah sakit.
  Emi Takei "Senryokugai Sosakan" (4.bp.blogspot.com) 


Secara pribadi saya lebih suka cerita musim pertama dibanding sekuelnya. Ceritanya lebih beragam karena setiap poin pada klausul kontrak Michiko bisa dijadikan cerita tersendiri. Pada musim kedua, walaupun ceritanya juga beragam, muara cerita ini tetap pada intrik antar personal divisi dalam mengejar posisi sebagai direktur rumah sakit. Keberhasilan Doctor X musim kedua ini, sepertinya bisa saja ditiru oleh serial profesi jepang lain untuk mendulang rating. Walaupun bukan drama medis, formula rivalitas kandidat bisa diterapkan pada drama profesi lain, termasuk drama polisi misalnya. Kecenderungan ini terlihat dalam drama komedi polisi Senryokugai Sosakan. Sepertinya keberhasilan detektif dalam menangani kasus digunakan atasan mereka untuk mengatrol jabatan, sepertinya. Pandangan saya ini masih bersifat perkiraan, maklum drama baru tersebut baru tayang untuk episode pertama.  Itulah sekelumit ocehan saya tentang serial Daimon Michiko, semoga bermanfaat

No comments:

Post a Comment