Doctor
X: Daimon Michiko termasuk salah satu serial jepang favorit saya. Serial tersebut
memberikan saya wawasan tentang dunia medis populer. Misal tentang penggunaan es batu dan vodka untuk
menurunkan suhu tubuh pengelola klub malam. Penjelasan
ilmiahnya cukup sederhana, alkohol dapat menurunkan suhu karena mudah menguap,
dan semakin tinggi kadar alkohol semakin cepat pula penguapannya. Di klub
tersebut minuman beralkohol dengan kadar alkohol tertinggi adalah vodka, yaitu
35-50%. Lewat subtitelnya saya baru tahu kalau istilah kerennya adalah Heat of vaporazion.
gelas-gelas vodka (img.ehowcdn.com) |
Selain
memberikan wawasan medis, karakter Daimon Michiko yang unik jadi alasan mengapa
serial ini mencapai rating dua digit. Daimon
Michiko digambarkan sebagai dokter paruh waktu dengan rekam jejak sempurna, nyaris
tidak pernah gagal menangani pasien. Walaupun terkesan kurang manusiawi, Kesempurnaan Michiko ini yang menjadi kekuatan cerita serial ini.
Hasil
kerja Michiko yang memuaskan memiliki harga tersendiri, seperti pepatah jawa “ana rega ana rupa.” Manajer Michiko,
Kanbara Akiralah yang mengurusi hitung-hitungan ini. Biasanya jasa medis ini
ditagihkan pada kepala divisi rumah sakit. Walaupun terkadang Michiko tanpa sungkan menerima
ucapan terima kasih pada pasien VIP. Jasa medis Michiko konon digunakan untuk biaya manajemen dan pelatihan oleh Kanbara.
Kanbara Akira (f.ptcdn.info) |
Walaupun
hasil kerjanya luar biasa, keahlian Michiko jarang mendapat publisitas, maklum
tanpa publisitas jadi salah satu klausul kontrak Michiko, selain batasan jam kerja,
biaya lembur, serta tidak bersedia mengikuti acara seremonial rumah sakit,
seperti menyambut tamu VIP. Michiko juga dikenal tidak bersedia berkumpul
dengan kolega di luar jam kerja, misal untuk minum bersama atau malah bermain
golf. Bahkan Michiko lebih memilih
menangani pasien daripada menjadi pembicara simposium.
Michiko
sendiri juga dikenal blak-blakan dan cenderung tidak ramah. Berbeda jauh dari
sosok dokter ideal, ramah dan tanpa pamrih. Tapi disinilah menariknya sosok
Michiko. Walaupun terkesan arogan, sosoknya justru digambarkan lebih jujur dari kolega-koleganya
Yonekura Ryoko (i771.photobucket.com) |
Peran
abu-abu Yonekura Ryoko sebagai Daimon Michiko inilah yang mengantarnya meraih
penghargaan sebagai aktris terbaik dalam Television
Academy Award, karakter Michiko ini makin kuat karena didukung karakter
kolega-kolega Michiko yang bertolak belakang dengannya. Disaat Michiko
digambarkan sebagai tokoh jahat, kolega Michiko juga ditampilkan sama jahat,
kalau tidak bisa dibilang lebih buruk. Kolega Michiko memang ditampilkan santun
dan kerap menolak ucapan terima kasih dihadapan umum, Namun faktanya mereka
kerap mengomentari pasien dibelakang serta menerima ucapan terima kasih dibawah
meja. Sifat Michiko yang tidak suka publisitas juga kerap dimanfaatkan
koleganya. Mereka tidak jarang mengakui hasil kerja keras Michiko sebagai hasil
kerjanya. Dan Michiko tidak mempermasalahkan kelakuan mereka, walaupun Michiko
digambarkan sempat kesal karena solusi medisnya pernah diserobot salah satu
koleganya
Karakter
Michiko yang kuat serta rating yang cukup memikat membuat serial ini
dilanjutkan pada musim kedua. Rata-rata ratingnya juga tidak bisa dipandang
sebelah mata 22,8%, lebih tinggi dari musim pertamanya 19,1%
Pada
musim pertama, tiap episodenya lebih sering mengekplorasi konflik antara
Michiko dan kolega terkait keahlian
Michiko dan klausul kontraknya yang dianggap nyeleneh. Fokus cerita musim kedua sendiri bukan lagi soal
klausul, namun soal rivalitas kandidat direktur rumah sakit universitas. Awalnya
Michiko dipekerjakan oleh salah satu kepala divisi rumah sakit untuk
meningkatkan pesentase keberhasilan penanganan pasien di divisinya. Selain itu, Michiko
diminta untuk membatasi jadwal operasi dan hanya mengoperasi pasien sesuai
permintaan kepala divisi. Hasil kerjanya yang ekslusif ini kelak ada diakui
sebagai hasil kerja keras divisi dan otomatis meningkatkan elektabilitas kepala divisi sebagai kandidat direktur. Karena tidak suka dijadikan alat oleh kepala divisi,
Michiko protes dan akhirnya dipecat. Peluang ini digunakan oleh lawan. Berbeda
dengan divisi sebelumnya, di divisi baru ini, Michiko diberi kebebasan
melakukan hobinya, mengoperasi pasien. Walaupun tetap dijadikan alat pengatrol
elektabilitas, Michiko tidak peduli, karena dia lebih sibuk menangani pasien
daripada intrik politik rumah sakit.
Emi Takei "Senryokugai Sosakan" (4.bp.blogspot.com) |
Secara
pribadi saya lebih suka cerita musim pertama dibanding sekuelnya. Ceritanya lebih
beragam karena setiap poin pada klausul kontrak Michiko bisa dijadikan cerita
tersendiri. Pada musim kedua, walaupun ceritanya juga beragam, muara cerita ini
tetap pada intrik antar personal divisi dalam mengejar posisi sebagai direktur
rumah sakit. Keberhasilan Doctor X musim kedua ini, sepertinya bisa saja ditiru
oleh serial profesi jepang lain untuk mendulang rating. Walaupun bukan drama
medis, formula rivalitas kandidat bisa diterapkan pada drama profesi lain,
termasuk drama polisi misalnya. Kecenderungan ini terlihat dalam drama komedi
polisi Senryokugai Sosakan. Sepertinya keberhasilan
detektif dalam menangani kasus digunakan atasan mereka untuk mengatrol jabatan,
sepertinya. Pandangan saya ini masih bersifat perkiraan, maklum drama baru
tersebut baru tayang untuk episode pertama. Itulah sekelumit ocehan saya tentang serial
Daimon Michiko, semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment