Thursday, June 5, 2014

Closed Note (2006): Sebaris Cinta dalam Goresan Pena



<static.eigapedia.com>

Ringan, sederhana, dan manis, dengan balutan warna bernuansa pastel. Kesan itulah yang saya dapat dari alunan drama berjudul Closed Note (2006). Closed Note sendiri bercerita tentang Kae Horii, mahasiswi keguruan yang mengisi waktu senggang kuliahnya dengan mengikuti kelas mandolin dan bekerja di sebuah toko pena. Toko pena bercelup tinta, sebuah setting yang mungkin biasa bagi masyarakat jepang, namun unik buat saya. Dan walaupun cukup identik dengan kaligrafinya, toko pena rasanya terbilang jarang terangkat ke layar kaca, lagi-lagi buat saya. Bagi masyarakat jepang sendiri, goresan tinta berarti bentuk penghormatan bagi penerima coretannya.
...
Dalam film ini diceritakan bahwa Kae tinggal di hunian sewa baru. Saat sedang menata ruang, Kae menemukan sebuah buku harian yang ditinggalkan penyewa lama bernama Ibuki Mano. Sebagai guru TK, bahasa Ibuki sensei tentu saja sederhana, mengalir, dan mudah dicerna, seperti tercermin lewat goresan pena buku harian miliknya
...
Lewat tulisan yang mengalir sederhana, Kae segera tenggelam dalam cerita Ibuki sensei.  Lewat tulisan yang mengalir sederhana, ruang imajinasi Kae jadi terasa rekah terbuka. Imajinasi Kae makin terasa hidup lewat bekal foto Ibuki sensei dan para siswa, yang terselip dalam buku harian. Lewat goresan pena, Kae diajak Ibuki sensei menghargai alam lewat nilai-nilai children of sun, anak-anak matahari yang berarti bahwa semua yang hidup di bumi berada dalam ayoman cahaya matahari. Nilai ini sendiri terkandung dalam bacaan anak karya Kenjiro Haitani yang berjudul sama.
...
Bukan cuma menghargai alam dan menghormati orang yang lebih dewasa lewat nilai Taiyo no ko itu, Ibuki san juga mengajarkan kita akan pentingnya menghargai kepribadian siswanya melalui medali Ibuki. Medali akan diberikan bagi para siswa yang berhasil melakukan hal positif dalam bentuk apapun, lewat usaha ataupun kreativitas walaupun terlihat sederhana, seperti menghapus papan tulis, menghidupkan keceriaan sesama teman, dan bahkan melukis meja kelas.  
...
Bukan hanya soal murid-muridnya, buku harian Ibuki sensei juga menuangkan pedar-pedar rasa pemiliknya pada sosok Takashi.  Berhubung tidak memiliki gambaran mengenai sosok Takashi, Kae menggunakan sosok Matsume Ryo, artis idola Kae yang kerap tampil sebagai jagoan berpenampilan rapi dengan topi fedora, sebagai sosok Takashi.
<asianwiki.com> Masaya Kikawada (Matsume Ryo)

Kisah manis Ibuki sensei itupun seakan dijadikan Kae sebagai panduan merajut kisah sukanya sendiri pada seorang illustrator pembeli pena bernama Ishitobi. Cerita cinta mengalir manis lewat perhatian tanpa pernyataan. Kae membuatkan menu untuk Ishitobi sesuai dengan panduan resep yang tertulis dalam buku harian. Ishitobi juga hadir dalam pementasan musik Kae dan teman-temannya di sebuah auditorium dengan sebuket bunga, seperti permintaan Kae. Percik cemburu sedikit hadir ketika editor menyambangi kediaman illustrator untuk membicarakan urusan pekerjaan sekaligus makan bertiga. Kecemburuan Kae senada dengan lembar-lembar rasa yang dituangkan Ibuki sensei pada buku hariannya. Sebenarnya sejauh ini, cerita sudah bisa tertebak alurnya. Kita rasanya tidak akan terlalu terkejut mengetahui sosok Takashi dan cerita manis antara Kae dan Ishitobi. Hanya saja penikmat cerita masih menunggu bagaimana keping-keping ini akan disajikan.
...
Terlepas dari jalianan ceritanya yang manis, buat saya ending film ini agak sedikit kehilangan momentumnya. Adegan yang menurut saya pas dijadikan sebuah penutup sederhana, justru masih dilanjutkan dengan beberapa adegan manis yang kurang perlu menurut saya, mengingat lewat jalinan cerita sedari awal, penonton sudah bisa menyimpulkan cerita ini cukup lewat sekulum senyum
 
<img17.imageshack.us> Takeuchi Yuko

Lewat film ini, Takeuchi Yuko seakan menguatkan reputasinya sebagai sosok dewasa pengayom dengan gaya yang berbeda. Dalam serial Lunch no Joou (2002), Yuko berhasil menghidupkan sosok dewasa lewat peran sebagai kakak ipar tomboi yang bertanggung jawab dan perhatian terhadap adik-adik iparnya. Dalam Natsu no Koi wa Nijiiro ni Kagayaku (2010), Yuko tampil keibuan bagi putri tunggalnya sekaligus dewasa bagi pria yang suka padanya. Pada Cheap Flight (2013), Yuko bermain sebagai pramugari senior yang tegas dan humoris bagi para juniornya. Sekali lagi, dalam Closed Noted (2002), Yuko berhasil menghidupkan sosok pengayom lewat karakter yang natural. Natural tanpa harus menjadi sosok keibuan atau menjadi karakter (ke)anak(an) layaknya orang dewasa yang ingin menyelami dunia anak-anaknya. Dua judul yang disebut diawal membawanya sebagai aktris terbaik dan aktris pendukung terbaik dalam Television Academy Award pada musim tayang masing-masing. Lewat karakter Yuko, kita belajar bahwa karakter yang sama bisa dibawakan dari sudut pandang dan gaya yang berbeda. Ibarat warna, ungu bisa saja sama, namun gradasi membuat mereka disebut, lavender, magenta atau fuschia. 

No comments:

Post a Comment