<static.eigapedia.com> |
Ringan,
sederhana, dan manis, dengan balutan warna bernuansa pastel. Kesan itulah yang
saya dapat dari alunan drama berjudul Closed Note (2006). Closed Note sendiri
bercerita tentang Kae Horii, mahasiswi keguruan yang mengisi waktu senggang kuliahnya
dengan mengikuti kelas mandolin dan bekerja di sebuah toko pena. Toko pena
bercelup tinta, sebuah setting yang mungkin
biasa bagi masyarakat jepang, namun unik buat saya. Dan walaupun cukup identik
dengan kaligrafinya, toko pena rasanya terbilang jarang terangkat ke layar kaca,
lagi-lagi buat saya. Bagi masyarakat jepang sendiri, goresan tinta
berarti bentuk penghormatan bagi penerima coretannya.
...
Dalam
film ini diceritakan bahwa Kae tinggal di hunian sewa baru. Saat sedang menata
ruang, Kae menemukan sebuah buku harian yang ditinggalkan penyewa lama bernama Ibuki Mano. Sebagai guru TK,
bahasa Ibuki sensei tentu saja
sederhana, mengalir, dan mudah dicerna, seperti tercermin lewat goresan pena buku harian miliknya
...
Lewat
tulisan yang mengalir sederhana, Kae segera tenggelam dalam cerita Ibuki sensei.
Lewat tulisan yang mengalir sederhana,
ruang imajinasi Kae jadi terasa rekah terbuka. Imajinasi Kae makin terasa hidup
lewat bekal foto Ibuki sensei dan para siswa, yang terselip dalam buku harian. Lewat
goresan pena, Kae diajak Ibuki sensei menghargai alam lewat
nilai-nilai children of sun, anak-anak
matahari yang berarti bahwa semua yang hidup di bumi berada dalam ayoman cahaya
matahari. Nilai ini sendiri terkandung dalam bacaan anak karya Kenjiro Haitani
yang berjudul sama.
...
Bukan
cuma menghargai alam dan menghormati orang yang lebih dewasa lewat nilai Taiyo no ko itu, Ibuki san juga
mengajarkan kita akan pentingnya menghargai kepribadian siswanya melalui medali Ibuki. Medali akan diberikan bagi para siswa yang berhasil melakukan hal positif dalam bentuk
apapun, lewat usaha ataupun kreativitas walaupun terlihat sederhana, seperti menghapus
papan tulis, menghidupkan keceriaan sesama teman, dan bahkan melukis meja kelas.
...
Bukan
hanya soal murid-muridnya, buku harian Ibuki sensei juga menuangkan pedar-pedar
rasa pemiliknya pada sosok Takashi. Berhubung
tidak memiliki gambaran mengenai sosok Takashi, Kae menggunakan sosok Matsume
Ryo, artis idola Kae yang kerap tampil sebagai jagoan berpenampilan rapi dengan
topi fedora, sebagai sosok Takashi.
<asianwiki.com> Masaya Kikawada (Matsume Ryo) |
Kisah
manis Ibuki sensei itupun seakan dijadikan Kae sebagai panduan merajut
kisah sukanya sendiri pada seorang illustrator pembeli pena bernama Ishitobi.
Cerita cinta mengalir manis lewat perhatian tanpa pernyataan. Kae membuatkan
menu untuk Ishitobi sesuai dengan panduan resep yang tertulis dalam buku
harian. Ishitobi juga hadir dalam pementasan musik Kae dan teman-temannya di
sebuah auditorium dengan sebuket bunga, seperti permintaan Kae. Percik cemburu
sedikit hadir ketika editor menyambangi kediaman illustrator untuk membicarakan
urusan pekerjaan sekaligus makan bertiga. Kecemburuan Kae senada dengan
lembar-lembar rasa yang dituangkan Ibuki sensei pada buku hariannya. Sebenarnya
sejauh ini, cerita sudah bisa tertebak alurnya. Kita rasanya tidak akan terlalu
terkejut mengetahui sosok Takashi dan cerita manis antara Kae dan Ishitobi. Hanya
saja penikmat cerita masih menunggu bagaimana keping-keping ini akan disajikan.
...
Terlepas
dari jalianan ceritanya yang manis, buat saya ending film ini agak sedikit kehilangan momentumnya. Adegan yang
menurut saya pas dijadikan sebuah penutup sederhana, justru masih dilanjutkan
dengan beberapa adegan manis yang kurang perlu menurut saya, mengingat lewat
jalinan cerita sedari awal, penonton sudah bisa menyimpulkan cerita ini cukup lewat sekulum senyum
Lewat
film ini, Takeuchi Yuko seakan menguatkan reputasinya sebagai sosok dewasa pengayom
dengan gaya yang berbeda. Dalam serial Lunch
no Joou (2002), Yuko berhasil menghidupkan sosok dewasa lewat peran sebagai
kakak ipar tomboi yang bertanggung jawab dan perhatian terhadap adik-adik
iparnya. Dalam Natsu no Koi wa Nijiiro ni Kagayaku (2010), Yuko tampil keibuan bagi putri
tunggalnya sekaligus dewasa bagi pria yang suka padanya. Pada Cheap Flight (2013), Yuko bermain sebagai pramugari senior yang
tegas dan humoris bagi para juniornya. Sekali lagi, dalam Closed Noted (2002), Yuko berhasil menghidupkan sosok pengayom
lewat karakter yang natural. Natural tanpa harus
menjadi sosok keibuan atau menjadi karakter (ke)anak(an) layaknya orang dewasa yang ingin menyelami dunia anak-anaknya. Dua judul yang disebut diawal membawanya
sebagai aktris terbaik dan aktris pendukung terbaik dalam Television Academy Award pada musim tayang masing-masing. Lewat
karakter Yuko, kita belajar bahwa karakter yang sama bisa dibawakan dari sudut pandang dan gaya yang berbeda. Ibarat warna, ungu bisa saja sama, namun gradasi
membuat mereka disebut, lavender, magenta atau fuschia.
No comments:
Post a Comment