Friday, May 30, 2014

Girl in Sunny Place: Cerita Suka Pecinta Feline

Jurippe & Matsujun (danni14ninohmiya.files.wordpress.com)


Beberapa artis jepang bisa dikenal lewat gaya bermainnya. Takuya Kimura, misalnya, biasa bermain sebagai tokoh yang kalem dan simpatik, dengan dialog kaya petuah yang mudah dicerna. Naohito Fujiki, pemeran Rui Hanzawa (Hana Yori Dango) generasi pertama (1995), apapun tokohnya, dibawakan dengan lembut, seantagonis atau secool apapun karakternya. Ada juga beberapa pemain yang terkenal dengan gaya bunglonnya seperti Eita yang jail dan urakan ala Jerry saat bermain bersama Jun Matsumoto di dorama Lucky Seven namun berubah lempeng, rada culun dan garing di Saiko No Rikon. Ada juga Erika Toda yang kerap menghidupkan karakter-karakter menarik dan menantang, namun justru buat saya kurang mengena saat bermain sebagai karakter biasa.
Erika Toda Haus (/i701.photobucket.com)

Menarik dinikmati jika aktris bunglon beradu akting dengan aktor yang karakternya cenderung mantap, seperti Ueno Juri dan Matsumoto Jun. Matsumoto Jun terangkat namanya setelah bermain sebagai Tsukasa Domyoji  atau yang kita kenal dengan Koo Jun Pyo (Korea) atau Dao Ming Si (Taiwan) dalam adaptasi Hana Yori Dango. Dalam karya-karyanya, walaupun kadang bermain sebagai karakter urakan, pembawaannya tetap cenderung halus. Kebalikan dengan Matsujun, Ueno Juri cenderung eksperimentatif. Saat bermain sebagai Nodame, seorang piano prodigy, gaya bicara dan bahasa tubuhnya mengingatkan saya pada sosok Jengkelin tanpa makeup. Sosoknya seakan berganti saat bermain dalam Last Friend, karakter tomboi rada garang berhasil dihidupkannya dengan prima. Pada serial terbarunya, Jurippe cukup menawan menampilkan sosok dokter pendiam dan dingin dalam Aliceno Toge. Kombinasi dua karakter ini dipertemukan dalam film Hidamari no Kanojo (Girl in Sunny Place).
Bareng Masami Nagasawa (31.media.tumblr.com)

Dengan kapasitasnya sebagai aktris kaya eksplorasi, saya menaruh rasa penasaran dengan sajian Ueno Juri kali ini. Terlebih sinopsis filmnya menggoda saya dengan kata rahasia. Sejauh saya mengunyah setengah bagian film, saya menikmati akting Ueno Juri sebagai Mao Watari, gadis cerah ceria manja berusia 25 tahun yang bekerja sebagai humas bidang periklanan. Gaya ringan ceria ini berpadu pas dengan karakter Matsujun yang kali ini bermain sebagai Kosuke Okuda. Karakternya masih saja halus, hanya saja dengan aksen kikuk malu-malu kali ini. Keceriaan mereka makin terasa dengan balutan lagu ceria beraliran Baroque Pop Wouldn’t It Be Nice dari Pet Sound sebagai latarnya
Eita & Matsujun (theasianedition.files.wordpress.com)

Sampai saat saya mengetik kata coretan ini, saya masih menunggu kejutan apa yang akan dihadirkan Ueno Juri, mengingat awal cerita menjanjikan potensi eksplorasi akting Ueno Juri yang penuh warna. Maklum saja Mao Watari muda digambarkan sebagai gadis adopsi yang kehilangan 13 tahun memori hidupnya sebelum diadopsi dan saat remaja menjadi objek favorit bully teman sekelas karena model rambutnya yang unik serta nilai ujiannya yang kurang menawan, saat pertama pindah ke sekolah baru. Bisa diterka tokoh Okuda muda jadi pahlawan yang melindungi Watari. Kedua tokoh ini sempat berpisah saat Okuda berpindah kota dan bertemu saat dewasa ketika menangani proyek bersama.  
Seperti lazimnya cerita cinta,  film ini mengalunkan rona ceria. Percik mulai mengalun disetengah bagian cerita ketika Kosuke bertemu orang tua Mao untuk melamar. Saat bertemu keluarga Mao itulah, ayah Mao bercerita tentang kasih sayang keluarganya dan tentang bagaimana Mao ditemukan.
Lewat karya-karyanya, tidak sulit menerka mengapa Jurippe bermain dalam suatu cerita. Dan dugaan saya mendapat sedikit pembenaran kali ini, yap hanya sedikit. Lewat sepertiga akhir cerita, akhirnya  saya memahami mengapa cerita film ini menarik. 
Nodame ( i18.photobucket.com)

Aktor penyuka tantangan biasanya memilih film entah karena perannya yang menantang atau jalinan ceritanya yang unik atau bahkan keduanya. Tanpa bermaksud mengesampingkan ekplorasi akting Ueno Juri dan pemeran lainnya, kali ini Ueno juri cukup bijak menginterpretasikan karakter Mao secara ringan, karena bisa saja jika dibawakan dengan eksplorasi akting luar biasa, keindahan ceritanya bisa jadi tak  terasa.
Singkat kata, ternyata bukan saat muda saja Kosuke menjadi pahlawan Mao. Saat masih belia, Kosuke pernah menyelamatkan seekor kucing betina, yang menitipkan benih doa agar kelak dapat menyatakan rasa suka pada Kosuke dalam wujud manusia. Dan saat telah menunjukan rasa suka, pada usia 26 tahun, Mao akan menghilang. Segala kenangan tentang Mao akan sirna, seakan feline ini memang ngga pernah ada, bukan cuma pada Kosuke, tetapi juga keluarga dan rekan kerjanya. Segala sesuatu yang pernah bersentuhan dengan Mao juga ngga akan berjejak, termasuk induk kunci bertuliskan nama Mao dan Kosuke.
Cerita ini buat saya udah ngasih nuansa yang beda. Bukan cuma kisah sukanya yang melayang ringan, namun juga fantasinya. Mungkin seperti juga saya, mereka yang belum pernah menikmati novelnya baru akan ngeh bahwa film ini adalah film fantasi pada sepertiga akhir cerita.  Walaupun bergaya fantasi, adegan cerita dituturkan secara wajar. Adegan dengan aroma fantasi boleh dibilang tidak banyak yaitu hanya saat Mao harus melompat menyelamatkan tetangga kecilnya yang nyaris jatuh dari apartemen. Memudarnya aksara dan induk kunci jadi aksen tersendiri. Aksen yang membuat cerita yang awalnya mengalir ceria menjadi lembut dan manis ala bolu kukus.

Tuesday, May 20, 2014

Final Wilayah dan Sejarah Karakter Juara

Final wilayah NBA tengah digelar.   Dua tim maju mewakili masing-masing wilayah. Mereka menjadi tim terbaik bukan hanya karena bisa mengalahkan lawan masing-masing di semifinal, namun karena mereka mampu tetap mempertahankan karakter yang sudah dibangun setidaknya sejak musim lalu. Indiana Pacers melawan Miami Heat di wilayah timur dan San Antonio Spurs melawan Oklahoma City Thunder di wilayah barat. Masing-masing tiim yang disebut pertama unggul 1-0 pada pertandingan pertama.

Pencapaian empat tim, diatas kertas, telah diprediksi, bahkan sebelum peluit pertandingan reguler musim ini ditiup. Empat tim ini merupakan empat unggulan utama di wilayahnya masing-masing dan menjadi 4 tim dengan rekor menang kalah terbaik musim ini. Dari 82 pertandingan Pacers memenangi 56 pertandingan, disusul Heat dengan 54 kemenangan. Di wilayah barat, 62 kemenangan diraih Spurs, disusul OKC dengan 59 kemenangan. Saat saling berhadapan di babak regular, Spurs kalah empat kali melawan OKC baik saat bermain di AT&T center maupun Chesapeake Energy Arena, sedang Pacers berbagi kemenangan bersama Heat, kemenangan diraih saat masing-masing tim menjadi tuan rumah.

Pacers's Starter  (vlsportysexycool.com)

Bagi Pacers, final wilayah kali ini merupakan final mereka yang kedua kali secara beruntun. Musim  lalu, sebagai tim terbaik ketiga babak regular, Pacers memaksa Heat bermain tujuh pertandingan di final wilayah. Seperti musim lalu, kekuatan tim ini terletak pada starting lineup dengan karakter pemain yang cenderung klasik untuk masing-masing posisi. Roy Hibbert (C), David West (PF), Paul George (SF), Lance Stephenson (SG), dan George Hill (PG). kerjasama tim mereka terbentuk dari pola permainan yang kokoh dan rapi dengan ditunjang permainan fisik para pemain yang memiliki postur yang boleh dibilang setara satu sama lain. Dari empat tim yang mencicipi final wilayah musim ini, minutes play kelimanya termasuk yang tertinggi (20,3 menit per pertandingan).  Sebagai pelatih, Frank Vogel  mampu mengeksplorasi karakteristik masing-masing starternya. Hibbert yang hebat di bawah jaring mampu mendominasi paint area saat melawan Heat, David West memiliki tembakan dua angka yang akurat, dan George dengan fisik dan tembakan dua/ tiga angka yang prima. Jangan lupakan juga kontribusi pemain selincah Hill yang nyaris mencetak triple double saat melawan Blazer dengan 37 poin, 9 rebound dan 8 assist.  Selain itu, Stephenson bukan hanya piawai melakukan akselerasi hingga bawah jaring, tembakan tiga angkanya juga kerap menghasilkan angka. Rataan 3 poinnya sendiri musim lalu adalah 33% dan musim ini naik menjadi 35%. Pada pertandingan final wilayah kemarin, starter Pacers mencetak 94 dari 107 field goals (87,8%).
www.bubblews.com

Second Unit Pacers juga memegang peranan penting mendukung first unit. Walapun tanpa Danny Granger yang pindah ke Clippers, permainan mereka tetap solid. Permainan CJ Watson yang mirip dua guard utama memberikan dimensi kecepatan tersendiri bagi tim, ketika harus menyerang. Dan walaupun tidak terlalu menonjol dari segi kecepatan, Luis Scola merupakan mid-range shooter yang tidak bisa diremehkan, dan menjadi pelapis yang pas bagi David West. Jangan lupakan juga peran Ian Mahimi dan Chris Copeland. Dengan postur petarung dan memiliki tembakan yang bagus, mereka berdua cocok dengan tipe permainan tim. Dari Gambaran Chart yang ada, rasanya tidak sulit mengetahui kenapa Pacers menjadi tim terbaik wilayah timur selama musim regular.
Permainan Heat sejak awal 2010an bersandar pada Big Three: Lebron James, Dwayne Wade dan Chris Bosh. Meskipun begitu fondasi Heat sendiri setidaknya telah dibangun sejak tahun 2005, dengan aktor yang sama Pat Riley dan Dwayne Wade. Sejak pertengahan musim 2005, Pat Riley memimpin tim menjadi juara NBA 2006 dengan barisan pemain antara lain Shaquile O’Neal, Gary Payton, Alonzo Mourning, dan Udonis Haslem.  Setelah mencatat rekor terburuk dengan hanya 15 kali menang dalam 82 kali pertandingan babak reguler, tahun 2008, Riley menyerahkan posisi keelatihan tim pada Erik Spoelstra hingga saat ini. Riley sendiri masih menjabat sebagai presiden tim.
Big Three (http://philadunkia.com/)

Spoelstra  membangun tim dengan fondasi big three, dengan King James sebagai motor permainan. Untuk menggambarkan kehebatan King James, pendapat salah satu komentator NBA dirasa sesuai, "James terlalu kuat untuk seorang guard, tapi juga terlalu cepat untuk seorang forward." Dengan karakteristik seperti itu rasanya tidak sulit bagi James melakukan tembakan jarak jauh atau mendominasi bawah jaring. Dibutuhkan beberapa pemain untuk bisa menjaga James. Penjagaan ini membuka ruang bagi pemain lain untuk melakukan drive atau menembak.
Rebound menjadi karakter menonjol Chris Bosh saat bermain di Toronto Raptors. Rataan 10 rebound per pertandingan menjadi salah satu alasan mengapa Heat memakai jasa Bosh. Walaupun rataannya cendurung berkurang saat membela Miami, pencapaian Heat di final menunjukan kontribusi Bosh bagi tim. Sama seperti Bosh, sejak bergabungnya Lebron James, rataan poin Wade juga menurun, dari rataan selama berkarir sekitar 24 poin per pertandingan, musim ini, rataan poinnya hanya 19 poin. Meskipun begitu, Wade masih diandalkan timnya untuk mencetak poin, termasuk poin-poin dari posisi sulit di paint area. Selain big three, first unit Heat, diisi oleh Mario Chalmers yang lincah dan Shane Battier yang piawai dengan tembakan tiga angka.
Kekuatan Heat sendiri juga didukung oleh second unitnya yang relatif lengkap. Gaya Chris Andersen yang eksentrik dan atraktif  menjadi sumbangan energi ekstra yang tidak jarang memompa semangat tim dan bahkan penonton. Di sisi lain, tidak sulit menggambarkan peran Udonis Haslem. Sebagai pemain yang ngotot dan dominan di bawah jaring, pemain yang menjadi point forward utama saat meraih cincin juara tahun 2006 ini telah menunjukan kesetiaannya pada Heat sampai musim ini. Dua pemain yang kontribusinya tidak bisa diabaikan adalah dua pemain sarat pengalaman Rashard Lewis dan Ray Allen. Keduanya adalah pemegang rekor tembakan tiga angka sepanjang masa. Allen di posisi pertama dengan  2973 tembakan, sedangkan Lewis menempati posisi ke delapan dengan 1787 tembakan. Jika Heat butuh permainan cepat dan lincah, Noris Cole bisa menjadi pilihan. Tembakan dan kecepatan mereka cocok dengan gaya tim, yang kerap menyisakan ruang terbuka lantaran lawan menjaga James
www.bestsportsphotos.com

Mirip dengan Heat, karakter San Antonio Spurs juga dibangun dengan dua fondasi yang berbeda dengan dua aktor yang sama, yaitu Gregg Popovich dan Tim Duncan. Sejak tahun 1997 hingga 2003, Spurs terkenal dengan Twin Towernya yaitu David Robinson dan Tim Duncan. Bersama David Robinson, Tim Duncan, Steve Kerr, Avery Johnson, Popovich meraih gelar juara NBA pertamanya.
www.foxsanantonio.com

Prestasi yang sama diraih 2003, kali ini twin tower bahu membahu dengan dua pemain asingnya Tony Parker (perancis) dan Manu Ginobilli (Argentina). Walaupun minus David Robinson, Spurs meraih gelar yang sama tahun 2005. Sejak musim lalu, Spurs selalu melangkah hingga final wilayah. Kerangka tim ini masih dibangun oleh Tim Duncan dan Tony Parker sebagai starting lineup dan Ginobilli memberikan perbedaan lewat akurasi tembakannya dari second unit. 
Pada dasarnya Chart Spurs dibangun dengan tim dari berbagai negara. Pada first unit. Duncan dan Parker bahu membahu dengan Danny Green dan Kawhi Leonard yang lincah dan memiliki tembakan tiga angka yang bagus. Tiago Splitter (Brazil) menjaga dominasi tim di bawah jaring.  Walaupun tidak lagi terlalu lincah, Duncan masih tetap forward center yang piawai membaca pergerakan gerakan lawan. Pada pertandingan final wilayah melawan OKC, Duncan mengoleksi 27 poin, sedang Leonard dan Parker mengacak-acak paint area dengan masing-masing enam tembakan, Dany Green menambah 3 tembakan dari area tiga angka.
Durant vs.Leonard (http://blog.mysanantonio.com/)

Gary Neal, pencetak enam dari sepuluh tembakan tiga angka pada salah satu pertandingan final musim lalu memang sudah tidak menghuni chart Spurs, namun bukan berarti kekuatan tim berkurang. Selain Ginnobilli, permainan Pick and Roll disajikan oleh Boris Diaw lewat umpan-umpan tak terduganya. Permainan lincah dengah kombinasi tembakan tiga angka mirip Danny Green bisa ditampilkan Austin Daye, sumbangan 22 poin melalui 6 tembakan tiga angka saat melawan Sixers menjadi bukti perannya bagi tim. Selain Daye, Kontribusi tembakan tiga angka bisa datang dari Big Man Matt Bonner dan Marco Belinelli, shooter italia pemenang kontes tembakan tiga angka musim ini. Corry Joseph (Kanada) menjadi pelapis yang pas bagi Parker. Walapun belum seeksplosif seniornya, Joseph memiliki visi yang bagus, yang berguna saat Parker memulihkan tenaga di bangku cadangan atau tidak bermain.

Harden, Ibaka, Durant, Perkins, Westbrook (http://www1.pictures.zimbio.com/)

OKC adalah finalis NBA tahun 2012. Di final, tim ini dihempaskan oleh Heat 4-1. Kekuatan tim ini ada pada karakter ngotot para pemain kekar dengan tembakan bagus semacam Russell Westbrook dan Kevin Durant. Sejauh ini keduanya menjadi motor serangan Spurs hingga pertandingan final wilayah kali ini. Pada pertandingan pertama final wilayah kali ini, kombinasi keduanya menyumbang 53 poin dari 105 poin yang dibuat OKC. Walaupun berposisi sebagai Point Guard, kemampuan Westbrook mencetak angka di paint area bisa dibilang cukup dominan (54%).   Serge Ibaka, dan Kendrick Perkins adalah dua pemain berpostur kekar yang dominan di bawah jaring. Sebelum bergabung dengan Rocket, kepingan puzzle OKC diisi oleh tembakan akurat James Harden. Posisi Harden digantikan oleh Thabo Sefolosha, yang lincah dan piawai melakukan tembakan tiga angka. Peran vital starting lineup OKC cukup berpengaruh pada penampilan mereka di pertandingan pertama final wilayah musim ini. Bermain tanpa Serge Ibaka yang diperkirakan absen karena cedera betis saat melawan Clippers hingga final playoff, Spurs mendominasi paint area dengan 66 poin.

Second unit OKC diisi pemain relatif yang lebih kecil dan lincah dan dipimpin oleh Derek Fisher. Walaupun perannya di lapangan tidak sebesar pemain lain, kepemimpinan Fisher mampu membuat tim ini makin matang. Kelincahan dan tembakan Reggie Jackson dan Caron Butler diperlukan saat tim membutuhkan small lineup. Jika tim membutuhkan kecepatan dan akselerasi, pelatih bisa menunjuk Jeremy Lamb untuk mengemban tugas ini.

www.rantsports.com


Dari empat tim yang ada, boleh jadi masing-masing berpeluang masuk final mengingat keempatnya memiliki sejarah sebagai juara, setidaknya pada masing-masing wilayah. Walaupun Heat dan Spurs mungkin diunggulkan karena sejarah meraih cincin juara, namun tim yang mampu menunjukan karakter aslinya sampai akhir laga seringkali memberikan kemenangan tak terduga

Wednesday, May 14, 2014

Ripiu Abal-Abalan My Princess


nyomot dari asianwiki

 Lewat perjuangan tukang kirim yang menantang ujan ama badai, akhirnya buku ape nopel Hyun Kyung Sohn’s My Princess kiriman kang Erri ama mbak Rimbi nemplok juga di tangan. Terus terang baca judulnya kagak ngeh klo buku ono adalah drakor yang disulap jadi buku. Maklum kagak gitu doyan drakula klo dibandingin sama temennya temen saya yang katanya doyan banget sama drakor.
Saya pribadi kaga gitu doyan baca (jujur), tapi klo udah penasaran ama buku yang ada ditangan biasanyanya ngunyahnya cepet, kurang lebih 345 halaman, dikunyah dua hari (agenda lagi longgar mode)
Sekali lagi saya sih sebenernya nggak demen-demen amat ngunyah drakor (klo dibandingin sama sosok Maknya  temen kentel saya Si Baby Munyuk yang ngegemesin ntu atau temennya temen saya yang ngakunya ngga gitu demen drakula (nggak percaya).  Tapi walopun ngga demen-demen amat, saya ngga susah-susah amat kayaknya nebak garis cerita drakor yang satu inih. Darimana lagi klo bukan dari inspirasi critanya
Cerita ini kayaknya terinspirasi dari cerita putri rusia nyang kesohor, Anastasia. Tau darimana? Pan disebut cerita singkatnyah dibukuhnyah. Nah siapa yang pernah nonton kartun Anastasia? Monggo nyang blom nonton ngacung (saya termasuk). Lewat miss gugel, saya baru ngeh klo konon Anastasia adalah rakyat biasah nyang ternyatah putri dari kerajaan rusiah sanah. Trus kenapah si Anas ini jadi rakyat biasah ya jangan nanya sayah wong saya blom nonton (penuh), ngelirik di tivi juga paling sepotong-sepotong (ga tau klo tivi orang lain sepotong juga ngga)
Nah kurang lebih ide ceritanya begono. Diceritaken Lee Sul klo kaga salah mahasiswi atropologi nyang kerja sambilan jadi apa aja, termasuk jadi putri-putrian di Istana beneran untuk keperluan wisatah. Nah suatu lagi mejeng jadi putri boongan dateng dah Park Hae-Young pegawai pemerintahan yang kebeneran cucu caebol bin tajir 7 tanjakan. Si oppa ono pengen nyewa putri boongan buat poto bareng putri beneran dari negarah di eropah sanah. Awalnya Lee Sul nolak karena doi bisa ketinggalan kuliah besutan dosen kaporitnyah Nam Jung-Woo. Tapi dengan bujuk rayu tak kenal lelah dengan upah setimpal bin kathah, akhirnya unnie ono mau juga dan jreng-jreng. Tugas udah kelar, saatnya ambil hasil kerja, berhubung oppa tajir punyanya cek, klo besok basuo kembali diminta dah cashnya.
Singkat kata, Park Hae-Young besok-besoknya ngedengerin obrolan kakek sama pelayan setianya. Intinya kakek ono pengen nemuin seorang perempuan nyang ilang. Dan kenapa kakeknya ngebet nyari. Karena sebenernya kakeknya adalah abdi rajah nyang diserahin mandat buat jaga titipan anak raja ma anak cucunya. Berhubung tuh kakek gesit, ulet, dsb, dkk, dst, titipan raja itu akhirnya netes jadi usaha sukses. Nah berhubung kakek abdi itu baek. Dia pengen tuh ngelaksanain kepengenan rajanya. Anak rajanya sendiri sempat ngungsi kemana lupa (maklum baca udah lama) karena masalah negara yang rada kaga kondusip pake p waktu itu. Atas hasil penyelidikan pihak negara, perempuan yang dikamsud ketemu.
Nah kebeneran Park Hae-Young nyang dapet tugas ngejemput ono putri. Berhubung  Park Hae-Young cuman dapet  cerita sepotong-sepotong 11-12 kayak saya pas nonton Anas jadinya ya eng ing eng, bahkan  Park Hae-Young sempat ngira klo putri yang dicari itu bibinya apa apanya gitu.
Bisa ditebak, putri yang dicari ADALAH Lee Sul. Nah berhubung perjalanan rada jauh pake banget, Park Hae-Young ngendon  bentar tempat Lee Sul. Nah ditempat nginep ono terjadi crita cintrong khas drakor. Oppa Chaebol sedingin es doger ketemu ama nonna selebor, penyayang, supel baek budi dkk dst. Kekakuan khas oppa chaebol luntur seketikah lewat perhatian sederhana, bersahabat, ramah ala mpok kroya. Tentunya pake sedikit gontok-gontokan sama berantem manis. Apalagi ditambah rada anget pas Lee Sul ketemuh ama dosen idaman yang ternyatah naksir berat sama koleganya, Koleganya onoh adalah putri pelayan kakek Park Hae-Young yang demen sama Park Hae-Young. Kok bisa? ya bisa wong Nam Jung-Woo satu almamater sama Oh Yoon-Joo. Intinya cinta segi empat khas kroya.
Singkat katah, Park Hae-Young ama Lee Sul nyampe ke tempat kakek. Nah begitu Lee Sul ketemu kakek Park Hae-Young, kakek crita deh klo mpok Lee Sul ntu putri rajah nyang ilang. Kakek  Park Hae-Young juga cerita bakal ngasih segepok amanat rajah terdahulu, Tapi Park Hae-Young kagak setuju dan bikin win-win solution sama  Lee Sul. Lee Sul bakal dikirim keluar negeri sama Park Hae-Young buat sekolah nyang tinggiiiiiii sekali biar pas balik bisa pede gandengan ama dosen idaman.
Berhubung intel kakek Park Hae-Young jago, rencana bubar. Lee Sul kaga jadi brangkat kuliah nyang tinggggggggi sekali dan Park Hae-Young diangkat dah jadi guru pribadi Lee Sul yang ngurusin kepribadian sama tetek bengeknya. Nah dari pertemuan dan riak-riak kecil tapi mesrah khas kroya, intinya happy end dah pokona (sebenernya udah rada ngos-ngosan nyritain sinopsisnya wkwkwkwk).
Pertanyaan nongol, lah kenapa bacanya udah lama, tapi critanya baru sekarang. Karena saya baru dapet feel sama sreg sama datanya sekarang, setelah ngunyah bekal drakor yang lumayan cukup, wlopun ga segarang temennya temen saya sama mommynya sohib saya baby munyuk.
Selain ono, sebenernya sebelom mau bikin coretan ini saya pengen ngintip dulu drakornya. Tapi bukannya pantang surut, liat jumlah episodenya langsung mundur teratur. Ngintip episode pertama aja cuma 15 minit, maklum aje wajah nonnanya ngga mirip mpok-mpok paporit saya, mpok shin hye, mpok minjung, mpok ha neul, mpok ji ah ama mpok eugene. Udin lima pan ye daptarnye? Udah. Pake cara atret ala mak yang anaknya udah saya aku-akuin jadi ponakan sendiri (biar dapet risol gretong), juga ngga berhasil.
Tapi nonton gaya atret bukan kagak dapet sesuatu yang kagak menarik (becak). Lewat hasil ngintip, ternyata persi drakornya beda rada jaoh dari persi bukunya (ya iyalah masak 16 episode semua dijejelin di buku 450 halaman). Cerita di buku kelar di bagian adegan jitak bibir sebelom Park Hae-Young nguli ke Inggris apa kemana gitu. Lah di persi drakor masih lanjut, wlopun ujungnya teteup jitakan juga, di pesawat pribadi klo kaga salah.
Walopun kaga demen-demen banget sama drakulanya, saya menikmati gigitan demi gigitan di buku ini. Logikanya yang manis wlopun klise bikin saya larut (lagunya dewa kayaknya). Itulah coretan, tiap baris katanya ngebuka ruang imajinasi yang bisa bikin nyengar-nyengir sendiri dan kadang geregetan. Termasuk acara kongspirasi Oh Yoon-Joo yang nyeting seakan Lee Sul ono putri jadi-jadian.
Terlepas dari critanyah yang lumayan menggelitik esmosi jiwah, yang bikin sayah terkejut (halah) ternyata saya rada paham-paham amat sama nyang maen drakor, setelah ngintip propilnya. Nyang jadi Lee Sul (Kim Tae-Hee) pernah liat di drakula manaaaaa gitu jaman ikan terbang masih doyan nayangin drakor.  Nah klo nyang jadi Park Hae-Young, pernah nonton di drakor medis adaptasi drajep. Saya inget karena Song Seung-Heon ceritanya jadi dokter dari masa depan nyang mlumpat ke jaman Joseon. Tapi bukan Joseonnya nyang saya inget, melainkan gimana doi bikin inpus2xan dari jarum yang dibakar dan ditusukin ke kelapa utuh nyang dibolongin. Soal jalan cerita drakor Joseon, saya ga gitu ngikutin, maklum blom demen, versi jepangnya wlopun sampe 2 season ama rating menjulang, sami mawon alias sama aja, wlopun saya demen drama medis nonton nyang dua itu kaga demen-demen amir(berhubung kaga ada nyang nanya anggep aja pengumuman). 
Terus apa yang didapet dari drakula nyang ini. Yang jelas selain rasanya yang klise, drakula ini ngingetin saya sama suatu dialog ngga tau nyomot dari acara apa (lupa red). Kayak ending jitakan tadi, akhir bahagia bergantung pada bagian mana kita ingin merampungkan ceritanya.” Sekian dan terima gratisan. 

Saturday, May 3, 2014

Like Father, Like Son: Rasa Kekeluargaan dalam Cerita Putra yang Tertukar

wikimedia.org

Menonton film keluarga selalu membawa kesan tersendiri. Kalau bukan sekeranjang tisu, minimal kita bisa membawa seulas senyum simpul dari cerita seperti ini, seperti pada film jepang Like Father, Like Son (2013). Film ini pada dasarnya bercerita tentang putra yang ditukar. Sebuah tema yang boleh dibilang teramat jamak di negeri Indonesia Raya saya ini  
...
Kita sendiri bisa mengecek seberapa populer cerita ini di layar kaca.  Jika kita mengetik frasa switched at birth pada situs parameter film atau acara televisi, maka setidaknya akan muncul 31 judul dengan tema yang dalam bahasa inggris dikenal dengan nama changeling ini. Saya pribadi kurang begitu familiar dengan cerita anak yang tertukar, dari 31 judul yang nangkring disana, saya paling rada ngeh  dengan Autumn in My Heart,  drakula (baca:drakor) mpok demenan saya Song Hye-kyo, yang konon sempat diadaptasi oleh televisi Filipina dengan judul sama, dan dimainkan oleh mpok demenan saya yang lain Marian Rivera.
...
Like Father, Like Son sendiri bercerita tentang Keita Nonomiya yang tertukar dengan Ryusei Saiki. Tertukarnya Keita sendiri baru diketahui saat Keita akan masuk Sekolah Dasar, saat dilakukan tes kesehatan. Singkatnya, pihak rumah sakit tempat Keita dilahirkan kemudian melakukan pelacakan terhadap orang tua kandung Keita. Dari hasil pencarian pihak rumah sakit, Keita diketahui merupakan putra keluarga Saiki. Yudai Saiki jika tidak salah ada seorang pemilik toko perkakas dan Yukari Saiki adalah karyawan toko bento.
Karena kedua orang tua masing-masing telah diketahui, Keita dan Ryusei segera dikembalikan ke orang tua masing-masing. Sebelum benar-benar dikembalikan, Keita dan Ryusei diajak membiasakan diri dengan tinggal beberapa waktu di rumah orang tuanya masing-masing. Untuk film berdurasi dua jam, dengan tiga puluh menit awal yang hambar, menurut saya, bagian ini menjadi oase yang menarik, mengingat Keita dan Ryusei dibesarkan dalam dua kultur yang berbeda.
...
Keita dibesarkan oleh keluarga yang mapan, dengan tata krama yang kuat namun cenderung cair. Pola asuh ini menjadikan Keita sebagai sosok yang santun, lembut, dan periang. Sedang Ryusei tinggal dalam keluarga pekerja keras, ekspresif, yang dipenuhi canda tawa.
Dalam keluarga barunya, Keita merasakan bagaimana rasanya tinggal dalam keluarga yang penuh keakraban. Ditempat lain, Ryusei mendapatkan kelimpahan kelembutan khas Keita dari Midori Nonomiya, serta sopan santun dan ketegasan khas Ryota Nonomiya. Sayangnya, karena tinggal di apartemen Ryusei tidak bisa seekspresif saat tinggal bersama keluarga Saiki, Lingkungan yang dingin inilah yang membuat Ryusei pulang ke rumah keluarga Saiki. 
...
Sifat Ryota yang dingin sedikit mencair semenjak Ryota ditugaskan ke daerah yang lebih hijau. Di wilayah penuh pepohonan itulah Ryota mendapat petuah dari penjaga hutan buatan. Petuah khas cerita jepang yang kuat akan nilai keluhuran. Penjaga tersebut menceritakan bahwa butuh beberapa tahun agar mahluk hidup dapat berkembang teduh disana. Dan seperti kebanyakan cerita jepang, petuah mengubah jalan cerita. Ryota menjadi sosok yang dekat dan bersahabat dengan putranya, bermain dan mendirikan kemah dalam rumah.
...
Kekakuan Ryota makin mencair saat keluarga kecil Nonomiya berkumpul dalam kemah. Saat berada diluar kemah, Ryota menyaksikan foto-foto dirinya yang diambil Keita, baik secara sengaja ataupun sembunyi-sembunyi. Ekspresi natural yang diabadikan Keita, mengundang saya mengambil tisu
...
Saya berharap kejutan-kejutan kecil dari film ini sebenarnya, maklum film ini mendapat apresiasi dalam berbagai festival film termasuk Cannes. Walaupun tidak selalu kontroversial, biasanya film festival membawa kesederhanaan atau sudut pandang baru misalnya.
...
Terlepas dari kata festival, daya tarik film ini, buat saya, ada pada tiga nama favorit saya: Fukuyama Masaharu, Ono Machiko, dan Maki Yoko. Sebelum ini, sosok Masaharu identik dengan professor eksentrik dan flamboyan dalam cerita detektif fiksi ilmiah Galileo, aktingnya dalam Beauty or the Beast bersama Nanako Matsushima, juga patut diperbincangkan. Walaupun tidak luar biasa, menjadi karakter penyeimbang sosok produser yang kuat dan perfeksionis patut diapresiasi. Hanya saja dalam film ini, Fukuyama Masaharu bermain sebagai karakter yang irit, aktingnya tampak dibangun natural, jadi kita tidak akan diajak untuk melihat ekspresi mikro seperti yang dihadirkan para aktris cilik dalam Ashita Mama Ga Inai.
...
Ono Machiko dan Maki Yoko bukan kali ini saja bermain dalam satu layar. Dalam Saiko No Rikon, Ono Machiko bermain sebagai karakter yang slebor, spontan, periang, dan disukai banyak orang. Khas komedi romantis drakula. Jika dalam drakula sosok ini biasanya primadona tokoh utama, dalam Saiko No Rikon justru jadi antitesis, tidak heran Ono Machiko diganjar peran pembantu terbaik dalam serial ini. Berbeda dengan Saiko No Rikon, kali ini, Ono Machiko tampil lebih melankolis dengan aksen ceria saat bersama Keita.  Maki Yoko yang pada cerita Saiko No Rikon cenderung pasif, pendiam, dan nrimo, dan pada episode spesialnya berkembang jadi lebih tajam saat sesekali berbicara, dalam film ini tampak berakting lebih dinamis dan kritis di hadapan sesama orang dewasa, dan penjadi sosok pengayom bagi putra putrinya. 
...

Cerita yang mengalir perlahan ini memang tidak dibubuhi akhir bahagia ala dongeng korea, namun penutupan yang pas justru membuat cerita ini jadi berkesan manis dan sederhana