Denting gerimis mulai menyapa, aroma ringan hujan merekah seketika
tanpa sungkan kami berlari,
mengikuti alun kecipak renyah alas-alas kaki,
sandal jepit, sepatu
kulit, dan bahkan sepatu kets yang bagian belakangnya terinjak tumit.
…
Nyanyian hujan menghentak
makin lebat
kami makin lantang saja
berlari, melompat, berteriak, tertawa, dan bersorak
Sebagian kami mengira kita semua telah berlumpur basah, walaupun tak tahu entah darimana
asalnya.
Maklum sajalah, kami tak datang dari arah yang sama. Bisa dibilang, tak semuanya saling
mengenal, bisa saja diantara kami ada yang datang dari lapangan berumput atau
berlumpur, tak heran pakaian kami jadi beraksen cipratan coklat tanah
…
Ternyata sebagian kami
salah
…
baby Marshmallow
|
Seekor terrier putih ternyata baru saja menyalak anggun, sesekali
menggeram, sembari menarik-narik penuntun leher di sebuah peneduh
Nggak perlu jadi
pecinta canine deh untuk tahu maksud puppy mungil ini
Ia paling hanya
ingin bermain, berlari, dan sesekali menyapa kami yang telah basah ini.
…
Tak seberapa jauh darinya, sekilas tampak
segigit ragu dibibir Apple
Genggam tangannya,
sekali waktu merapat, merenggang sejenak, sebelum kembali mengetat.
Sekali …
dua kali ..
dan tiga kali.
dan tiga kali.
Hingga akhirnya
jemari tangannya melonggar, kalah, dan melorot pasrah,
membiarkan
kaki-kaki lincah baby marshmallow berkecipak riang bersama kami.
Tak sekedar bermain
lumpur, kini kami berkejar-kejaran bersama baby marshmallow yang menyalak riang
terkena cipratan tanah,
meninggalkan
Apple yang berdiri
teduh, sembari menggigit ragu ujung-ujung kukunya
Menggodanya-pun percuma, Apple tetap tak mau ikut turun berpeluh basah
Setidaknya, kami dan baby marshmallow tak sekurangnya mencoba
Setidaknya, kami dan baby marshmallow tak sekurangnya mencoba
…
Tapi entah,
tiba-tiba saja terusan rayon bernuansa manis sudah menyibak mesra ditengah-tengah
kami, menampakan sepasang tumit bertelanjang kaki
rupanya seseorang diantara kami baru saja menuntunnya kemari
rupanya seseorang diantara kami baru saja menuntunnya kemari
…
Berdiri diantara
kami, ...
Lengkung dagunya kini menengadah pasrah
membiarkan
cumbu-cumbu hujan menaburkan hasrat pada tiap lekuknya yang rekah
titik-titik air
perlahan menyapukan rona alam senada peach ramah
sekaligus membasuh
segala rias, mengalir luruh bersama hanyutnya sebagian kami.
Kini yang tersisa hanyalah senyum dan matanya yang terpejam teduh
Kini yang tersisa hanyalah senyum dan matanya yang terpejam teduh
…
Baru kutersadar
Apple ternyata begitu sederhana.
Darinya, tak terpancar rona kecantikan,
bahkan pesona keanggunan
Mata kameraku bahkan terlalu elegan
untuk mengabadikan sebentuk cerita
yang mungkin saja akan kuberi judul My Apple
*aku:
salah satu dari kami
No comments:
Post a Comment