Friday, September 6, 2013

My Lovely Apple


 
My lovely in a peach frock

Denting gerimis mulai menyapa, aroma ringan hujan merekah seketika
tanpa sungkan kami berlari, mengikuti alun kecipak renyah alas-alas kaki,
sandal jepit, sepatu kulit, dan bahkan sepatu kets yang bagian belakangnya terinjak tumit.
Nyanyian hujan menghentak makin lebat
kami makin lantang saja berlari, melompat, berteriak, tertawa, dan bersorak

Sebagian kami mengira kita semua telah berlumpur basah, walaupun tak tahu entah darimana asalnya. 

Maklum sajalah, kami tak datang dari arah yang sama. Bisa dibilang,  tak semuanya saling mengenal, bisa saja diantara kami ada yang datang dari lapangan berumput atau berlumpur, tak heran pakaian kami jadi beraksen cipratan coklat tanah
Ternyata sebagian kami salah

baby Marshmallow

Seekor terrier putih ternyata baru saja menyalak anggun, sesekali menggeram, sembari menarik-narik penuntun leher di sebuah peneduh
Nggak perlu jadi pecinta canine deh untuk tahu maksud puppy mungil ini
Ia paling hanya ingin bermain, berlari, dan sesekali menyapa kami yang telah basah ini.
Tak seberapa jauh darinya, sekilas tampak segigit ragu dibibir Apple
Genggam tangannya, sekali waktu merapat, merenggang sejenak, sebelum kembali mengetat.
Sekali …
dua kali .. 
dan tiga kali.
Hingga akhirnya jemari tangannya melonggar, kalah, dan melorot pasrah,
membiarkan kaki-kaki lincah baby marshmallow berkecipak riang bersama kami.
Tak sekedar bermain lumpur, kini kami berkejar-kejaran bersama baby marshmallow yang menyalak riang terkena cipratan tanah,
meninggalkan
Apple yang berdiri teduh, sembari menggigit ragu ujung-ujung kukunya
Menggodanya-pun percuma, Apple tetap tak mau ikut turun berpeluh basah
Setidaknya, kami dan baby marshmallow tak sekurangnya mencoba

Tapi entah, tiba-tiba saja terusan rayon bernuansa manis sudah menyibak mesra ditengah-tengah kami, menampakan sepasang tumit bertelanjang kaki
rupanya seseorang diantara kami  baru saja menuntunnya kemari
Berdiri diantara kami,  ...
Lengkung dagunya  kini menengadah pasrah
membiarkan cumbu-cumbu hujan menaburkan hasrat pada tiap lekuknya yang rekah
titik-titik air perlahan menyapukan rona alam senada  peach ramah
sekaligus membasuh segala rias, mengalir luruh bersama hanyutnya sebagian kami.
Kini yang tersisa hanyalah senyum dan matanya yang terpejam teduh


Baru kutersadar
Apple ternyata begitu sederhana.
Darinya, tak terpancar rona kecantikan,
bahkan pesona keanggunan    
Mata kameraku bahkan terlalu elegan
untuk mengabadikan sebentuk cerita

yang mungkin saja akan kuberi judul  My  Apple


*aku:  salah satu dari kami 


No comments:

Post a Comment