Cinta rasanya jadi topik yang tidak pernah basi untuk
dibahas. Cinta pada pencipta, pada sesama, bahkan mungkin pada diri sendiri ala
koruptor misalnya. Dalam ranah fiksi, tema yang dianggap cukup populer memang
cinta antara sepasang kekasih. Romansanya diolah
sedemikian rupa sehingga menghasilkan bermacam cita rasa: asam, manis, pedas,
dan kadang pahit. Untuk saat ini, trend romansa sendiri cenderung seragam.
Cinta yang terhalang tembok dan batu karang atau entah apa namanya.
Cara penyajiannya juga nyaris seragam. Awal suka,
tengah terbentur cerita, akhir juga cuma dua, Tapi penggemar cerita ini
biasanya menunggu akhir yang manis, indah pada waktunya.
Mendengar banyaknya cerita seperti ini, saya justru
teringat serial Beauty or Beast atau Bijo ka Yajuu atau Kiss or Fight
(2003). Serial yang cukup usang memang, tapi ceritanya justru memberi
penyegaran ditengah drama yang itu-itu saja
Serial ini bercerita soal seorang produser Takamiya Makoto yang diminta menaikkan kembali pamor
divisi berita malam yang runtuh akibat prestasi televisi tetangga sebelah.
Sebuah pekerjaan yang cukup menantang, mengingat etos para awak berita berada
di titik paling rendah. Untuk meningkatkan kinerja divisi ini, dewan direksi
tidak hanya mendatangkan produser baru, tapi juga karyawan baru, pindahan dari
divisi hiburan Nagase
Hiromi. Ceritanya menjadi menarik karena belasan tahun lalu keduanya
ternyata pernah berpacaran dan sekarang dituntut untuk menjadi sosok-sosok
profesional, Takamiya sebagai atasan dan Nagase sebagai kru. Profesionalisme
keduanya setidaknya tercermin lewat sapaan masing-masing, Takamiya-san dan Nagase-san. Nama keluarga diikuti
honorifik yang menunjukan rasa hormat terhadap satu sama lain. Ide ini
saja sudah menjanjikan konsep cinta yang cukup kuat lantaran romansanya justru
tidak dipaparkan sedari awal. Lewat cerita ini, penonton mungkin berharap
menyaksikan proses CLBK. Kepingan-kepingan masa lalu diharapkan bakal tersusun
kian jelas di akhir cerita. Begitukah?
Saran saya justru jangan berharap terlalu banyak.
Dalam serial ini kita justru diajak menikmati interaksi antar para kru divisi
berita malam, walaupun tetap saja Nagase yang lebih sering menjadi jembatan
yang menghubungkan pandangan para kru terhadap keinginan kuat Takamiya.
Terdengar ribet, tapi justru disinilah kekuatan karakter serial ini. Takamiya
merupakan sosok formal, profesional, perfeksionis, dan keras kepala, namun
tetap fair dan peduli terhadap sesama awak
berita. Sedangkan Nagase lebih cenderung santai, luwes, spontan, dan
mengutamakan sikap kekeluargaan. Dua karakter yang bisa saling mengisi pada
akhirnya.
Karakter perfeksionis, keras kepala, dan berorientasi
pada rating Takamiya membuahkan hasil. Kru menjadi lebih ngotot mengejar berita
dan kadang mendewakan ekslusivitas. Bahkan demi kebenaran berita dan
profesionalisme, Takamiya rela menginstrusikan kru untuk berbenturan dengan
direksi serta orang-orang di lingkungan awak berita sendiri, termasuk
guru dan orang tua Takamiya. Tidak jarang, Takamiya bersedia turun langsung
meliput jika diperlukan
Salah satu bentuk profesionalisme Takamiya adalah
kesediaan dirinya melakukan APAPUN demi mendapatkan informasi langsung dari
seorang menteri korup. Hal yang sebenarnya bisa saja ia delegasikan kepada para
kru, jika memang mereka bisa memperoleh berita yang PENONTON inginkan.
Disinilah konflik muncul. Dalam episode ini, sosok antagonis bukan cuma karakter menteri korup,
tetapi juga tentangan Nagase. Nagase berusaha menghindarkan Takamiya dari nafsu
bejat menteri. Nagase yang biasanya menjadi pencair kekakuan Takamiya, kali ini
berubah garang. Garang karena Takamiya tetap memegang teguh prinsip
profesionalisme dan orientasi ratingnya, walaupun Takamiya terang-terang nyaris
jadi korban kebejatan menteri korup. Konflik mereka ini berlangsung hingga sore
hari, tepat beberapa menit sebelum berita menteri korup tersebut ditayangkan.
Kekakuan mencair setelah Takamiya mengucapkan terima kasih kepada
Nagase-san. Disini, Nagase tetap dipanggil Nagase-SAN dan bukan Nagase-kun atau
bahkan Hiromi saja yang menunjukan keakraban informal.
Sebuah ending episode yang bisa dibilang manis.
Terserah jika anda melihatnya ini sebagai tanda-tanda CLBK, toh saya tidak bisa
melarang pandangan penonton. Agak berbeda dengan sebagian penonton mungkin,
lewat serial ini, saya justru baru paham bahwa ending fiksi
ternyata bukan sekedar hitam atau merah jambu. melainkan bisa juga
sebuah pemahaman. Pemahaman akan sebentuk cinta sederhana bernama ucapan maaf
dan terima kasih.
No comments:
Post a Comment